mamapedia search icon mamapedia icon

Subtotal

View Bag

Preeklampsia Ringan, Yuk Moms Kenali Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobatinya!

Preeklampsia Ringan, Yuk Moms Kenali Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobatinya!

Preeklampsia, apakah Moms pernah mendengar istilah itu? Secara umum, preeklampsia adalah kondisi komplikasi kehamilan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah (hipertensi) disertai dengan adanya kandungan protein dalam urine. Kondisi preeklampsia ini biasanya terjadi pada trimester kedua usia kehamilan atau usia kehamilan setelah minggu ke-20.

Preeklampsia terjadi karena plasenta pada janin tidak berfungsi dengan baik. Plasenta memiliki beberapa fungsi bagi ibu hamil dan janin. Masalah kesehatan genetik yang dialami ibu hamil seperti diabetes atau hipertensi juga bisa mempengaruhi munculnya kondisi preeklampsia. Preeklampsia harus segera ditangani untuk mencegah terjadinya komplikasi penyakit lain atau berkembang menjadi eklampsia yang dapat mengancam nyawa ibu hamil dan janin.

 

Baca juga: Takaran Gula Pada Ibu Hamil untuk Mencegah Diabetes Gestasional

 

Gejala dan Tanda-Tanda Preeklampsia

Dilansir dari laman Harvard Health Publishing, ibu hamil dengan preeklamsia ringan mungkin tidak merasakan gejala apapun. Gejala yang dialami oleh ibu hamil dengan preeklampsia ringan ini mungkin hanya mengalami pembengkakan ringan pada tangan atau kaki. Namun, tidak semua pembengkakan menandakan preeklamsia.

Secara umum, preeklamsia dapat berkembang secara bertahap. Tanda dan gejala yang akan muncul seiring dengan perkembangan preeklamsia adalah:

  • Tekanan darah tinggi (hipertensi). Batas atas tekanan darah tinggi yaitu 140/90 mmHG. Namun, pada preeklampsia berat, tekanan darah bisa mencapai >160/110 mmHg.
  • Proteinuria atau ditemukannya kandungan protein di dalam urine. Gejala ini bisa ditemukan dengan melakukan pemeriksaan medis;
  • Sakit kepala berat atau terus-menerus;
  • Gangguan penglihatan, seperti pandangan kabur atau sensitif terhadap cahaya;
  • Nyeri di perut kanan atas;
  • Sesak napas;
  • Pusing, lemas, dan tidak enak badan;
  • Frekuensi buang air kecil dan volume urinee menurun;
  • Mual dan muntah;
  • Bengkak pada kaki, tangan, wajah, dan beberapa bagian tubuh lain. Kaki bengkak selama masa kehamilan dapat dicegah dengan beberapa cara ini;
  • Berat badan naik secara tiba-tiba

Pada beberapa kasus, gejala preeklamsia parah dapat memicu kejang yang menyebabkan ibu hamil kehilangan kesadaran dan melakukan gerakan menyentak pada lengan dan kaki. Ibu hamil juga kemungkinan kehilangan kendali atas kandung kemih yang menyebabkan rasa ingin buang air kecil terus-menerus atau ‘beser’. Preeklampsia berat juga meningkatkan risiko terkena stroke selama kehamilan. 

 

Penyebab Preeklampsia

Penyebab pasti terjadinya preeklamsia masih belum diketahui. Meski demikian, terdapat dugaan bahwa kondisi ini disebabkan oleh kelainan perkembangan dan fungsi plasenta, yaitu organ yang berfungsi menyalurkan darah dan nutrisi untuk janin. Kelainan tersebut menyebabkan pembuluh darah menyempit dan timbulnya reaksi yang berbeda dari tubuh ibu hamil terhadap perubahan hormon. Sejumlah faktor berikut ini dipercaya dapat memicu gangguan pada plasenta:

  • Pernah atau sedang menderita diabetes, hipertensi, penyakit ginjal, penyakit autoimun, dan gangguan darah. Hipertensi pada ibu hamil dapat diatasi dengan berbagai cara ini;
  • Pernah mengalami preeklamsia pada kehamilan sebelumnya
  • Baru pertama kali hamil
  • Hamil lagi setelah jeda 10 tahun dengan kehamilan sebelumnya
  • Hamil di usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 40 tahun
  • Mengandung lebih lebih dari satu janin
  • Mengalami obesitas saat hamil, yang ditandai dengan indeks massa tubuh (IMT) ≥30 kg/m2
  • Kehamilan yang sedang dijalani merupakan hasil metode bayi tabung (in vitro fertilization)
  • Ada riwayat preeklamsia dalam keluarga

 

Baca juga: Bayi Tabung untuk Program Hamil, Sudah Pastikah Berhasil?

 

Faktor-Faktor yang Dapat Meningkatkan Risiko Preeklampsia

Ada banyak faktor risiko yang bisa menyebabkan ibu terkena preeklamsia, antara lain:

  • Ibu pernah memiliki riwayat preeklampsia di kehamilan sebelumnya;
  • Ibu sedang mengandung atau hamil pertama kali;
  • Usia ibu hamil di bawah usia 15 tahun atau di atas usia 35 tahun memiliki risiko tinggi preeklampsia;
  • Ibu mengalami obesitas;
  • Ibu hamil anak kembar atau lebih;
  • Ibu hamil dengan jarak usia kehamilan dari kehamilan sebelumnya kurang dari dua tahun atau lebih dari 10 tahun; dan
  • Punya riwayat penyakit tekanan darah tinggi, migrain, diabetes tipe I dan II, masalah ginjal, atau lupus.

 

Cara Mengobati Preeklampsia

Dilansir dari laman WebMD, ada beberapa jenis pengobatan atau perawatan untuk preeklampsia, antara lain:

  • Melahirkan dini. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai pertimbangan, seperti misalnya kondisi janin. Jika janin sudah berusia 37 minggu atau lebih, dokter akan menyarankan untuk menginduksi persalinan.
  • Menerapkan pola hidup sehat atas saran dokter. Untuk preeklampsia ringan tanpa gejala, ibu hamil disarankan untuk istirahat total di rumah; rutin melakukan pemeriksaan detak jantung janin dengan USG; dan rutin tes darah dan urinee.
  • Meminum obat dengan resep dokter. Obat yang diberikan antara lain untuk menurunkan tekanan darah tinggi, mencegah terjadinya kejang dan beberapa komplikasi lainnya.
  • Suntikan steroid untuk membantu paru-paru janin berkembang lebih cepat.

Itulah gejala, penyebab, dan cara mengobati preeklampsia ringan hingga yang parah. Jika, Moms mengalami gejala-gejala tersebut saat hamil, segera periksa diri dan konsultasi dengan dokter kandungan. Moms juga bisa mengonsumsi vitamin tambahan dari minuman Prenavita Milk Vanilla yang mengandung banyak vitamin dan nutrisi untuk ibu hamil.

Bagikan Artikel: