mamapedia search icon mamapedia icon

Subtotal

View Bag

Hipertensi pada Ibu Hamil, Yuk Moms Kenali Penyebab, Klasifikasi, dan Bahayanya!

Hipertensi pada Ibu Hamil, Yuk Moms Kenali Penyebab, Klasifikasi, dan Bahayanya!

Kehamilan adalah momen yang sangat dinantikan dan harus dijalani dengan baik serta hati-hati demi keselamatan dan kesehatan ibu hamil dan janin. Perubahan hormon dan perubahan tubuh yang dialami oleh ibu hamil sering kali menimbulkan beberapa keluhan kesehatan. Salah satunya adalah tekanan darah tinggi atau hipertensi.

Memiliki keluhan terkait tekanan darah rendah saat hamil maupun tinggi adalah hal yang umum terjadi oleh ibu hamil. Tekanan darah tinggi atau hipertensi ini memiliki dampak yang serius hingga berujung kematian bagi ibu hamil dan janin apabila tidak segera ditangani. Tekanan darah orang dewasa normalnya berkisar antara 90/60 mmHg hingga 120/80 mmHg. Namun, pada ibu hamil yang mengalami hipertensi, tekanan darah bisa melonjak di atas 140/90 mmHg.

 

Baca juga: Mengenal Gangguan Darah Kental pada Ibu Hamil

 

Klasifikasi Hipertensi Saat Hamil

1. Hipertensi Gestasional

Hipertensi gestasional umumnya terjadi karena dipicu oleh kehamilan. Hipertensi jenis ini biasanya muncul setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu dan akan hilang setelah melahirkan. Pada kondisi ini, tidak ada kelebihan protein dalam urine atau tanda-tanda kerusakan organ lainnya. Hipertensi gestasional umumnya dapat berkembang menjadi preeklampsia. Ciri-ciri hipertensi gestasional lainnya bisa dibaca di sini.

2. Hipertensi Kronis

Hipertensi kronis umumnya terjadi sebelum kehamilan atau sebelum kehamilan mencapai 20 minggu. Hipertensi jenis ini umumnya berasal dari riwayat keluarga yang juga memiliki hipertensi. Mayoritas wanita hipertensi kronis mengalami penurunan tekanan darah menjelang akhir trimester pertama dan bahkan ada beberapa yang menjadi normal tekanan darahnya.

3. Hipertensi Kronis dengan Preeklampsia Superimposed

Tipe hipertensi ini bisa dikatakan sebagai komplikasi dari hipertensi pada ibu hamil. Hipertensi ini biasanya dialami oleh ibu yang mengidap hipertensi kronis dengan tingginya kadar protein di dalam urine atau komplikasi terkait tekanan darah lainnya. Hipertensi kronis dengan preeklamsia ini biasanya terjadi pada trimester kedua atau ketiga kehamilan.

4. Preeklampsia

Preeklampsia adalah komplikasi kehamilan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah disertai dengan adanya kandungan protein dalam urine. Hipertensi jenis ini harus diwaspadai ibu hamil. Pasalnya, jenis tekanan darah tinggi ini bisa menimbulkan tanda-tanda kerusakan pada sistem organ lain, termasuk ginjal, hati, darah atau otak. Preeklampsia umumnya biasanya terjadi setelah 20 minggu usia kehamilan. Penjelasan lebih lanjut terkait preeklampsia ringan pada ibu hamil bisa dibaca di sini. 

5. Eklampsia

Eklampsia adalah kelanjutan dari preeklampsia atau kondisi yang lebih parah dari preeklampsia. Kondisi ini ditandai dengan tekanan darah tinggi dan kejang sebelum, selama, atau setelah persalinan. Eklampsia diduga karena adanya kelainan pada fungsi dan formasi plasenta. Ibu hamil dengan kondisi ini harus mendapat perawatan intensif di rumah sakit.

 

Penyebab Hipertensi Saat Hamil

Hipertensi saat hamil atau hipertensi gestasional biasanya akan menghilang atau membaik setelah bayi lahir. Penyebab terjadinya darah tinggi saat hamil belum diketahui secara pasti. Dilansir dari laman Healthline, beberapa hal di bawah ini diketahui bisa meningkatkan risiko ibu hamil mengalami kondisi hipertensi saat hamil, yaitu:

  • Sudah mengalami darah tinggi sebelum hamil atau memiliki riwayat hipertensi gestasional pada kehamilan sebelumnya.
  • Memiliki penyakit ginjal atau diabetes.
  • Berusia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 40 tahun ketika hamil.
  • Mengalami hamil kembar.
  • Kelebihan berat badan.
  • Mengalami gangguan pada sistem imun.
  • Jarak antar kehamilan sebelumnya lebih dari 10 tahun

 

Baca juga: Takaran Gula Pada Ibu Hamil untuk Mencegah Diabetes Gestasional

 

Berbagai Risiko Hipertensi pada Ibu Hamil

Risiko komplikasi akan terjadi apabila tekanan darah tinggi atau hipertensi pada ibu hamil tidak segera ditangani. Berbagai risiko tersebut antara lain:

  1. Berisiko keguguran
  2. Pertumbuhan janin akan terhambat;
  3. Meningkatkan risiko kelahiran prematur;
  4. Memicu terjadinya abrupsio atau solusio plasenta yaitu kondisi ketika plasenta terpisah dari dinding rahim sebelum proses persalinan;
  5. Aliran darah ke plasenta terganggu;
  6. Meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung dan stroke;
  7. Kerusakan organ-organ penting seperti otak, jantung, paru-paru, ginjal, dan hati.

 

Cara Mencegah Terjadi Hipertensi pada Ibu Hamil

Berikut ini adalah cara untuk mencegah terjadinya hipertensi pada ibu hamil, antara lain:

  1. Menjaga pola makan dan rutin melakukan olahraga untuk ibu hamil agar terhindar dari obesitas saat hamil;
  2. Menjaga pola hidup sehat seperti dengan menghindari merokok dan minum alkohol;
  3. Rutin melakukan yoga dan meditasi untuk menghindari terjadinya stres yang dapat memicu hipertensi;
  4. Rutin melakukan kontrol kehamilan dan skrining risiko preeklampsia sejak awal kehamilan;
  5. Jika ibu hamil ingin melakukan diet, konsultasikan dengan ahli gizi agar tetap mendapat cukup gizi dan nutrisi untuk ibu hamil dan janinnya;
  6. Mengontrol dan membatasi asupan garam selama kehamilan.

Moms, itulah bahaya dari hipertensi pada ibu hamil. Selama masa kehamilan, Moms harus selalu menjaga pola hidup dan pola makan yang baik, serta rutin mengontrol kehamilan ke dokter agar selalu terpantau kondisi tubuh ibu hamil dan janin yang dikandung. Prenavita Health Food Milk Vanilla Flavoured bisa dikonsumsi ibu hamil untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sehari-hari ibu hamil

Bagikan Artikel: