Pencegahan Gumoh Pada Bayi

Gumoh merupakan suatu kejadian dimana keluarnya sebagian isi lambung pada bayi setelah beberapa saat makanan masuk ke dalam lambung bayi. Muntah susu merupakan hal yang umum terjadi, terutama pada bayi yang mendapatkan ASI. Gumoh atau keluarnya isi lambung melalui mulut (seperti muntah) terjadi pada bayi karena katup antara lambung dan kerongkongannya masih belum sempurna.

Dilansir dari suatu sumber, gumoh ini memang mirip dengan muntah, namun perbedaannya adalah gumoh tidak disertai dengan kontraksi pada dinding lambung dan biasanya gumoh hanya mengeluarkan cairan yang jumlahnya sedikit, dan tidak sebanyak muntah. Gumoh biasanya terjadi pada bayi yang berusia 0-6 bulan.

Baca juga: Persiapan Persalinan Bayi Sungsang

Penyebab Gumoh

Yang biasanya menyebabkan gumoh adalah:

• Belum sempurnanya katup antara lambung dan juga kerongkongan sehingga susu yang telah diminum mudah keluar kembali
• Terlalu banyak minum susu, padahal kapasitas lambung masih sedikit sehingga tidak mampu menampung susu yang masuk
• Akivitas yang berlebihan seperti menangis atau menggeliat pada saat disusui

Baca juga: Menyusui Bayi Ternyata Bermanfaat Juga Untuk Moms!

Pencegahan Gumoh

Berikut pencegahan gumoh yang dapat Moms lakukan di rumah:

• Perbaiki teknik menyusui, dan jangan dibiasakan menyusui sambal tiduran
• Perhatikan posisi botol saat pemberian susu
• Bayi yang menyusu langsung pada Moms harus memposisikan bibirnya yang mencakup rapat seluruh putting susu Moms
• Beri bayi ASI secara bertahap dan sedikit-sedikit, minimal 2 jam sekali
• Posisikan bayi dalam keadaan tegak sekitar 15-30 menit setelah menyusu
• Tinggikan posisi kepala dan dada bayi saat tidur
• Jangan membiarkan bayi terlalu banyak bergerak setelah menyusui

Baca juga: Si Kecil Ngga Doyan Sayur? Buat Donat Bayam Keju yuk!

Sebenarnya gumoh merupakan hal yang normal dan umum terjadi pada semya bayi. Namun, yang harus Moms perhatikan adalah jangan sampai gumoh menggangu pertumbuhan berat badan bayi dan menolak untuk minum susu. Gumoh yang normal dapat terjadi sebanyak kurang dari empat kali dalam sehari.