mamapedia search icon mamapedia icon

Subtotal

View Bag

Mengenal Inseminasi Buatan dan Perbedaannya dengan Bayi Tabung

Mengenal Inseminasi Buatan dan Perbedaannya dengan Bayi Tabung

Bagi beberapa pasang suami istri yang belum dikaruniai buah hati dalam jangka waktu lama, tentu membuat khawatir. Namun tenang, karena saat ini sudah terdapat berbagai macam program hamil yang bisa dijadikan pilihan oleh pasangan suami istri untuk segera mendapatkan momongan, seperti misalnya bayi tabung yang selengkapnya bisa dibaca di sini. Moms dan suami bisa melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter untuk memutuskan program hamil mana yang sesuai dengan kondisi Moms dan suami.

Salah satu program hamil tersebut adalah Inseminasi intrauterin (IUI) atau inseminasi buatan yang metode dilakukan dengan menempatkan sperma dengan kualitas terbaik secara langsung ke dalam rahim saat masa subur sang istri menggunakan kateter kecil. Sperma tersebut dicuci dan dipadatkan terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke rahim. Tujuan program inseminasi buatan ini adalah untuk memfasilitasi pembuahan dengan meningkatkan jumlah sperma yang dapat mencapai tuba falopi pada wanita. 5 buah ini dipercaya bisa meningkatkan kualitas sperma.

 

Kondisi untuk Melakukan Inseminasi Buatan

Inseminasi buatan dapat dilakukan jika pasien laki-laki memiliki beberapa kondisi seperti ini:

  1. Memiliki masalah infertilitas yang diketahui penyebabnya maupun yang tidak diketahui. Kenali lebih jauh tentang kandungan lemah di sini.
  2. Memiliki lendir serviks pada wanita yang terlalu kental sehingga menghalangi jalannya sperma
  3. Memiliki masalah ejakulasi atau ereksi
  4. Memiliki jumlah sperma yang sedikit
  5. Memiliki kondisi yang tidak memungkinkan untuk melakukan hubungan intim secara langsung, seperti cacat fisik

 

Proses Pelaksanaan Inseminasi Buatan

Sebelum melakukan inseminasi buatan, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan kondisi pasien melalui rontgen, laparoskopi, atau hysterosalpingo-contrast sonography (HyCoSy) dengan gelombang suara. Kemudian dokter menyiapkan sperma kualitas terbaik dan memantau prediksi terjadinya ovulasi secara alami atau dengan menggunakan obat untuk mempercepat ovulasi. Inseminasi buatan kemudian dilakukan 1–2 hari setelah terlihat adanya tanda ovulasi.

 

Baca juga: Moms, Kenali Pemeriksaan HSG untuk Program Hamil

 

Proses pelaksanaan inseminasi buatan ini cenderung sebentar, tidak terasa sakit, dan tidak memerlukan anestesi. Berikut ini prosedur dalam pelaksanaan inseminasi buatan, antara lain:

  1. Pasien akan diminta untuk berbaring di tempat tidur.
  2. Dokter kandungan akan menggunakan spekulum untuk melebarkan vagina.
  3. Kateter berisi sperma akan dimasukkan ke dalam vagina, melalui pintu rahim, lalu masuk ke dalam rahim.
  4. Sperma akan disemprotkan di dekat tuba falopi.
  5. Selanjutnya, pasien akan diminta untuk tetap berbaring selama beberapa saat dan dokter akan melepaskan kateter serta spekulum.

Setelah proses inseminasi buatan, beberapa pasien mengalami flek pada vagina setelah 1 - 2 hari proses inseminasi. Lalu setelah 2 minggu pasien melakukan tes kehamilan untuk memastikan apakah inseminasi ini berhasil atau tidak. Jika tidak berhasil, dokter akan menganjurkan melakukan inseminasi buatan ulang dalam rentang waktu 3 - 6 bulan setelah inseminasi buatan sebelumnya.

 

Risiko atau Komplikasi dari Inseminasi Buatan

Dikutip dari laman Mayo Clinic, inseminasi buatan adalah prosedur yang relatif sederhana, aman, dan memiliki risiko komplikasi yang cenderung rendah. Adapun efeknya mungkin terjadi meliputi:

  1. Infeksi. Ada sedikit risiko terkena infeksi akibat prosedur ini.
  2. Perdarahan pada vagina. Hal ini terkadang terjadi sebagai akibat dari proses pemasangan kateter di dalam rahim dan tidak berpengaruh pada peluang untuk hamil.
  3. Kehamilan kembar. Inseminasi buatan ketika digabungkan dengan obat pemicu ovulasi, risiko kehamilan kembar meningkat secara signifikan. Hal ini dianggap sebagai komplikasi karena kehamilan kembar berisiko menyebabkan berat badan lahir rendah dan kelahiran prematur.

 

Apa Perbedaan Inseminasi Buatan dengan Bayi Tabung?

Pada dasarnya, kedua program hamil sama-sama berbasis teknologi dalam penggunaannya. Namun, secara proses, dua program hamil ini sangat berbeda. Pada bayi tabung secara singkat prosesnya dilakukan dengan cara dokter menginduksi ovulasi, kemudian 34 - 36 jam kemudian sel telur diambil dan dicampur dengan sperma, lalu disimpan di inkubasi. Jika embrio sudah berkembang setelah 3 - 5 hari proses sebelumnya, barulah embrio dipindahkan ke dalam rahim.

 

Baca juga: Tips Hamil Anak Kembar Secara Alami dan Medis

 

Sedangkan pada proses inseminasi buatan, sperma berkualitas yang sudah disteril dan dipadatkan terlebih dahulu secara langsung dimasukan ke dalam rahim wanita saat sedang mengalami masa subur. Dilansir dari laman Fertility Answer, wanita di bawah umur 35 tahun memiliki peluang sekitar 45 - 50% untuk hamil melalui program bayi tabung, sedangkan hanya berpeluan 10 - 15% untuk hamil melalui inseminasi buatan dengan hanya satu siklus. Inseminasi buatan kemungkinan bisa berhasil jika dilakukan tiga sampai empat kali siklus.

Selain itu, dalam beberapa kasus, terdapat pula efek samping berat dari program inseminasi buatan yang bisa terjadi, seperti sesak napas, urine berwarna gelap, kram parah, hingga peningkatan berat badan secara mendadak. Moms dan suami dianjurkan untuk selalu berkonsultasi dengan dokter terkait dengan keputusan untuk melakukan inseminasi buatan dan juga jika Moms mengalami efek samping yang lumayan berat. 

Bagikan Artikel: