ASI Kurang: Antara Kekhawatiran Ibu dan Fakta Medis

author icon

Ayu Citra Gestari

calendar icon

04 Sep 2025

category icon

Trimester Ketiga

ASI Kurang: Antara Kekhawatiran Ibu dan Fakta Medis

“Saya lagi kejar ASI nih Bu Bidan, berat badan Key dan Kai sekarang ada di garis batas minimal kurva usia 1 bulan”. Ada cemas yang dibalut senyum saat Mommy dengan bayi kembarnya datang ke ruang laktasi. Cemas yang mengalir lebih banyak untuk anak-anaknya dari pada dirinya, dari seorang ibu baru. Ini satu dari banyak cerita yang sering didengar di ruang konsultasi. Khawatir yang lebih banyak dari yang terlihat. Pernahkah mommy merasakan hal yang sama juga ?

Mommy pasti pernah merasa ASInya “kurang” ya, padahal sering kali ini adalah persepsi bukan kenyataan. Dalam sebuah kumpulan penelitian sejak tahun 2017-2022 menunjukkan bahwa “perceived insufficient milk” (PIM) adalah alasan utama mulai memberi susu formula dan berhenti menyusui, terutama pada bulan-bulan awal setelah melahirkan. Perceived insufficient milk dilaporkan menjadi lebih luas dan paling tinggi pada masa awal menyusui yaitu ketika ritme bayi memang belum teratur dan payudara belum terasa “penuh”. Artinya, perasaan kurang sering tidak mencerminkan produksi yang sebenarnya.

Menyusui


Baca Juga : Ibu Menyusui Sering Lelah & Pegal? Mungkin Kamu Kurang Kalsium!


Apa yang membentuk persepsi ini? 

Pertama, salah tafsir sinyal bayi. Ketika bayi sering minta menyusu, rewel di sore hari, atau tidur sebentar bukan berarti ASI Mommy kurang ya. Itu adalah pola yang normal, sekaligus cara bayi menaikkan suplai lewat hisapan yang sering. Analisis yang dilakukan pada beberapa penelitian untuk mengetahui faktor risiko persepsi Ibu, juga menyebutkan kaitannya dengan inisiasi menyusu yang terlambat, keterlambatan keluarnya ASI pada proses laktogenesis II yang terjadi saat Mommy hamil, penggunaan dot atau botol susu di usia dini, serta pelekatan menyusui yang kurang optimal. Semuanya dapat membuat bayi tidak efektif ketika menyusu sehingga Mommy merasa ASI “tidak keluar”.

Kedua, rendahnya kepercayaan diri dan pengetahuan menyusui. Studi ilmiah di berbagai negara menunjukkan pengetahuan laktasi yang baik meningkatkan kepercayaan diri, frekuensi menyusui, dan durasi menyusui. Sebaliknya, pemberian formula di hari-hari pertama menurunkan rangsang hisapan dan bisa benar-benar menurunkan produksi. Jadi, persepsi dapat berubah menjadi kenyataan bila frekuensi menyusui menurun. Salah satu contoh yang mempengaruhi frekuensi menyusui ini banyak diantaranya kondisi ibu dan bayi sedang berjauhan.

Ketiga, dukungan sosial. Penelitian terbaru di Indonesia menegaskan pentingnya peran pasangan/ayah: dukungan emosional dan bantuan praktis (misal dengan menenangkan bayi, membantu pekerjaan rumah) berhubungan dengan pengalaman menyusui yang lebih positif. Tanpa dukungan yang memadai, Mom lebih rentan cemas dan cepat menilai ASI kurang. Dukungan fasilitas seperti ruang laktasi di tempat kerja dan kebijakan cuti melahirkan juga berpengaruh pada keberlanjutan ASI eksklusif. 

Keempat, pemasaran susu formula. Dalam artikel ilmiah yang diterbitkan oleh The Lancet menyoroti bagaimana pemasaran susu formula memanfaatkan kekhawatiran orang tua tentang “ASI tidak cukup”, mendorong suplementasi dini. Hal ini dapat memperkuat persepsi ASI kurang meski bayi tumbuh dengan baik.


Baca Juga5 Tips Tidur Berkualitas Untuk Mencegah Depresi Postpartum


Apa yang bisa Mommy lakukan ketika memiliki persepsi mengenai produksi ASI yang kurang? 

  1. Menyusui teratur dan on demand 8–12 kali/24 jam, termasuk malam hari karena sering menyusui adalah “resep” utama menaikkan suplai ASI. 
  2. Pastikan perlekatan dan posisi menyusui sudah tepat. Apabila puting lecet, bayi sering tertidur di payudara, atau berat badan tidak naik sesuai kurva, segera konsultasi dengan konselor laktasi. 
  3. Hindari suplementasi dini pengganti ASI “untuk jaga-jaga” kecuali ada indikasi medis jelas yaitu bila perlu suplementasi, utamakan ASI perah dengan metode yang mendukung laktasi. 
  4. Libatkan pasangan dan keluarga sebagai “tim menyusui” di rumah. 
  5. Monitor tanda cukup ASI yang objektif yaitu kenaikan berat badan sesuai standar dan usianya.

Menyusui memang penting, tapi jangan lupa bahwa ASI yang dihasilkan Mommy akan mengikuti kebutuhan sang bayi. Artinya apabila objektivitas yang kita lihat dari berat badan sesuai dengan kurva pertumbuhan, bayi sudah cukup ASInya ya Mom. Terima kasih Mommy sudah sepenuhnya ingin memberikan yang terbaik untuk si kecil. Jangan tunggu sampai cemas bertambah besar. Konsultasi Online MOOIMOM siap menemani Mommy dengan pendampingan langsung dari Bidan Ayu. Mom bisa langsung konsultasi di MOOIMOM Online Consultation.

Referensi :

  • Dadi AF, Nigussie ZM, Desyibelew HD. Maternal Perceptions About Breast-milk Production Predicted the Daily Frequency of Breastfeeding in Infants of Age Up-to Six Months in Gondar Town, Northwest Ethiopia. J Pediatr Res. 2021 Aug 20;8(3):269-275. doi: 10.4274/jpr.galenos.2021.59002.
  • Huang Y, Liu Y, Yu XY, Zeng TY. The rates and factors of perceived insufficient milk supply: A systematic review. Matern Child Nutr. 2022 Jan;18(1):e13255. doi: 10.1111/mcn.13255. Epub 2021 Aug 12. PMID: 34382733; PMCID: PMC8710095.
  • Mardiyaningsih E, Widyawati W, Hapsari ED. Mothers' perception of husband support during breastfeeding: A qualitative study in Indonesia. Narra J. 2024 Dec;4(3):e1149. doi: 10.52225/narra.v4i3.1149. Epub 2024 Oct 30. PMID: 39816094; PMCID: PMC11731993.
  • Moret-Tatay A, Pérez-Bermejo M, Asins-Cubells A, Moret-Tatay C, Murillo-Llorente MT. A Systematic Review of Multifactorial Barriers Related to Breastfeeding. Healthcare (Basel). 2025 May 23;13(11):1225. doi: 10.3390/healthcare13111225. PMID: 40508839; PMCID: PMC12154042.

Bagikan Artikel


Artikel Terkait

free consultation icon