mamapedia search icon mamapedia icon

Subtotal

View Bag

Anak Hiperaktif, Apa Sih Penyebab Utamanya?

Anak Hiperaktif, Apa Sih Penyebab Utamanya?

Saat melihat anak yang bertingkah aktif, tidak sedikit orang tua yang langsung beranggapan bahwa anak tersebut hiperaktif atau mungkin pengidap ADHD. Padahal, tidak selalu demikian adanya. Menurut para ahli, anak yang tidak bisa diam bisa saja didasari faktor lain yang membuatnya bertingkah laku demikian.

Anak cenderung memiliki kebutuhan untuk terus bergerak dan disaat yang sama belum mampu untuk mengelola kebutuhan tersebut. Orang awam seringkali melihat anak yang hiperaktif sebagai permasalahan disiplin atau akibat perlakuan kasar. Anggapan ini tidak jarang membuat orang tua merasa tidak nyaman.

Gejala-gejala hiperaktif umumnya bervariasi pada setiap anak. Ada anak yang berlari dan berteriak terus menerus meskipun sedang berada di dalam ruangan, ada yang bermain terlalu kasar hingga tidak sengaja melukai diri sendiri dan bahkan orang lain, ada yang suka berdiri di tengah kelas saat guru sedang berbicara, dan lain sebagainya. Meskipun demikian, terdapat beberapa persamaan yang dapat ditemui dari anak hiperaktif yaitu sulit untuk berkonsentrasi. Untuk mengetahui selengkapnya ciri-ciri anak hiperaktif, Moms bisa membaca disini. 

Anak yang hiperaktif sebenarnya didasari banyak hal. Tidak sedikit yang beranggapan bahwa anak hiperaktif diakibatkan oleh faktor genetik. Apakah hal ini selalu demikian dan hanya satu-satunya faktor dari anak hiperaktif? Moms perlu mengetahui faktor-faktor penyebab dari anak yang mengalami hiperaktif di bawah ini.

Baca Juga: 6 Cara Mencegah Bayi Lahir Cacat, Pastikan Semuanya Checklist!

Penyebab Anak Hiperaktif

1. Stres atau Tertekan
Anak yang menjadi hiperaktif seringkali disebabkan kejadian dalam kehidupannya yang membuatnya tertekan atau stres. Tidak hanya itu, ketika anak harus pindah ke lingkungan baru juga bisa membuatnya stres. Moms, perlu diketahui bahwa anak juga bisa merasakan stres yang dialami oleh orang tuanya. Apabila orang tua sedang mengalami stres atau tekanan, kemungkinan anak dapat ikut merasakannya.

Stres atau tekanan yang dialami oleh anak dapat berdampak pada tumbuh kembang dan tingkah lakunya. Untuk itu, selalu berikan dukungan dan kepastian kepada anak agar ia terhindar dari rasa tertekan dan stres. Baca disini untuk mengetahui langkah-langkah mengatasi anak yang hiperaktif dengan cara yang sederhana dan dapat dilakukan sehari-hari. 

2. Masalah Kesehatan atau Mental
Anak hiperaktif cenderung mudah gelisah dan sulit untuk duduk diam tenang. Masalah emosional seringkali dikaitkan dengan gangguan pada perilaku anak. Selain itu, trauma atau peristiwa yang tidak menyenangkan yang mempengaruhi anak juga dapat membuat anak tidak bisa berkonsentrasi.

Ketika Moms mencurigai perilaku anak yang mungkin saja berasal dari emosional, maka Moms dapat segera mencari bantuan dari profesional untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

3. Kondisi Medis
Selain masalah emosional, ada beberapa masalah kesehatan fisik yang bisa menyebabkan anak menjadi hiperaktif misalnya tiroid yang terlalu aktif. Kondisi ini dapat menyebabkan gejala gangguan kesehatan, salah satunya yaitu kecemasan berlebihan dan hiperaktif. Selain itu, ada juga masalah genetik lain yang bisa menyebabkan peningkatan hiperaktivitas. 

Moms bisa berkonsultasi dengan dokter anak jika menemui gejala-gejala mencurigakan pada tumbuh kembang dan tingkah laku anak. Maka, dokter akan mengidentifikasi akar masalah kesehatan yang menjadi penyebab utamanya.

Baca Juga: Kaya Manfaat, Ini 5 Resep MPASI Ubi Ungu untuk Bayi

4. Kurang Aktivitas Fisik yang Produktif
Seorang anak sudah seharusnya aktif dan energik. Tidak sedikit anak hiperaktif yang dihukum atau dimarahi sehingga mereka harus diam dan kehilangan banyak waktu untuk bergerak. Pada dasarnya, anak hiperaktif memang banyak bergerak, namun jika anak dipaksa untuk diam justru akan membuat keadaan menjadi lebih buruk.

Arahkan anak untuk berolahraga rutin agar energinya tersalurkan pada kegiatan positif dan sehat. Moms bisa menemani anak bersepeda, berlari, atau bermain di taman. Selalu berikan kesempatan untuk energinya dapat tersalurkan pada aktivitas yang produktif.

5. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Mungkin Moms sudah tidak asing dengan istilah ini. ADHD merupakan kondisi neurobiologis yang menyebabkan gejala-gejala seperti sulit fokus, impulsif, dan peningkatan aktivitas. ADHD merupakan jenis gangguan pada tumbuh kembang anak yang bisa dideteksi sejak dini. Gejala ADHD yang terkait dengan hiperaktif, antara lain:

- Sulit berdiam diri, sehingga terus menggerakan badan saat orang lain hanya duduk
- Berlari di waktu dan tempat yang tidak tepat
- Berbicara terus menerus yang seringkali mengganggu orang lain
- Sulit menunggu giliran
- Sering mengganggu orang lain

Ciri-ciri diatas nampaknya mirip dengan ciri anak hiperaktif, namun kedua hal ini sebenarnya berbeda. Meskipun anak yang hiperaktif bisa menjadi gejala dari ADHD. Moms bisa berkonsultasi dengan dokter jika mencurigai perilaku anak yang mirip dengan gejala hiperaktif. 

Sekarang Moms sudah mengetahui bahwa penyebab anak yang hiperaktif tidak hanya selalu dari faktor genetik, banyak faktor lainnya yang dapat memicu peningkatan aktivitas anak. Sangat penting untuk dapat membedakan perilaku anak sesuai usia dan mengetahui ciri-ciri anak hiperaktif agar mendapat penanganan yang tepat. Meskipun anak yang memiliki banyak energi adalah suatu hal yang normal, akan tetapi hiperaktivitas tetap bisa mengganggu kehidupannya dan juga orang-orang disekitarnya. 
 

Bagikan Artikel: