mamapedia search icon mamapedia icon

Subtotal

View Bag

Kenali 3 Penyebab Bayi Gumoh Supaya Lekas Teratasi

Kenali 3 Penyebab Bayi Gumoh Supaya Lekas Teratasi

Adakalanya bayi mengeluarkan kembali cairan, makanan maupun air susu ibu (ASI) yang baru beberapa menit lalu tertelan. Istilah umumnya “gumoh”. Jangan terburu-buru cemas ketika mendapati bayi gumoh, ya, Moms.

Gumoh sebetulnya umum terjadi pada bayi yang baru berusia beberapa pekan. Secara sederhana, gumoh terjadi lantaran sistem pencernaan bayi belum sempurna.

Ketika sistem yang belum lagi sempurna itu dimasuki cairan atau makanan, mungkin sekali berpotensi naik kembali ke kerongkongan. Sebab, cincin otot—yang berfungsi “mengunci” cairan atau makanan yang telah mendarat di lambung belum berfungsi maksimal.

Ketidakmampuan cincin otot menutup jalan masuk cairan atau makanan yang sudah masuk ke lambung lumrah terjadi pada bayi yang usianya belum genap lima bulan. Maka terjadilah yang disebut gumoh. Selain itu, gumoh juga seringkali terjadi ketika Si Kecil terlalu banyak minum susu atau menelan udara saat menyusu.

Intensitas gumoh akan berkurang seiring pertambahan masa tumbuh-kembangnya. Biasanya bayi tak lagi gumoh kala mulai diberi makanan pendamping ASI atau MPASI, ketika mereka memasuki usia enam bulan hingga setahun.

Jangan panik saat bayi mengalami gumoh, ya, Moms. Gumoh dapat dicegah sekaligus diatasi dengan cara-cara yang sederhana. Seperti berikut ini:

1. Periksa ulang posisi bayi saat menyusu atau makan

Biasakan menyusui, memberi sebotol susu formula atau menyuapi makanan bagi Si Kecil, dengan posisi tubuh mereka yang lebih tegak. Jangan langsung menidurkan bayi sesudah mereka menyusu atau makan. Pertahankan posisi ini selama 20-30 menit setelah pemberian makan atau susu. Dengan begitu, cairan susu atau makanan lebih cepat turun ke saluran pencernaan.

2. Jaga porsi susu dan makanan

Jangan berlebihan saat Moms memberikan susu kepada bayi. Bila ia sudah memperlihatkan tanda-tanda kenyang, lekas setop proses menyusu dan menyusui. Guna mencegah bayi menyusu secara berlebih, sebaiknya memberi ASi atau makanan dengan jumlah sedikit tetapi sering.

Ada baiknya Moms turut menyusun jadwal menyusui secara teratur. Jangan sampai bayi terlalu lapar. Sebab, usaha kerasnya saat mengisap ASI atau susu formula bisa membuat makin banyak udara yang ikut masuk sehingga menambah risiko gumoh.

3. Berikan jeda setelah menyusui

Setelah memberi makan atau menyusui bayi, jangan langsung mengajak Si Kecil bermain. Berikan jeda beberapa saat agar ia melakukan aktivitas lain. Misalnya, berikan jeda waktu selama 30 menit bila Anda ingin meletakkan bayi di area bermain atau mengajaknya bepergian. Pastikan juga pakaian dan popok bayi tidak terlalu ketat.

4. Membuatnya bersendawa

Sendawa dapat membantu bayi untuk mengeluarkan udara yang mungkin menumpuk di dalam lambungnya. Moms dapat membiarkan dada dan perut bayi bersandar di dada dan pundak Anda. Kemudian, usap-usap punggungnya hingga bersendawa. Hindari menepuk punggung Si Kecil dengan entakan yang terlalu keras. Hindari pula menekan perut bayi, menjaganya tak sampai gumoh. Manfaat lain sendawa pada bayi, dapat disimak dalam artikel ini.

5. Hindari Si Kecil tidur tengkurap

Ada anggapan bahwa tidur tengkurap bisa mengurangi risiko gumoh. Ternyata anggapan itu tidaklah benar. Sebaliknya, tidur tengkurap justru meningkatkan risiko sindrom kematian bayi mendadak atau sudden infant death syndrome (SIDS). Secara ilmiah, penyebab SIDS tak bisa dipastikan. Tetapi ada beberapa faktor risiko yang mendahuluinya. Faktor-faktor risiko itu seperti di bawah ini:

1. Terpapar asap rokok

Paparan asap rokok mengandung konsentrasi nikotin dan kotinin yang lebih tinggi ketika masuk ke dalam paru-paru bayi. Selain itu, bahan kimia yang terkandung dalam rokok juga berpengaruh pada otak bayi, lantaran sebelumnya mengusik pola pernapasan.

Baca juga: Bayi Gumoh lewat Hidung, Apa Sebabnya?

2. Lahir prematur dengan berat badan rendah

Bayi yang lahir prematur berisiko mengidap sejumlah gangguan kesehatan. Termasuk yang menyerang fungsi mata dan anemia. Selain itu, bayi yang lahir prematur juga lebih rentan mengalami SIDS. Sindrom ini berpeluang menyerang bayi prematur ketika berusia dua hingga empat bulan.

3. Bayi dilahirkan ibu yang berusia kurang dari 20 tahun

Lantaran kurang pengetahuan tentang cara merawat bayi, ibu-ibu muda ini tidur di atas satu ranjang dengan Si Kecil. Mungkin sekali karena begitu pulas, mereka tak sengaja menindih sang bayi sehingga kesulitan bernapas.

Bagikan Artikel: