mamapedia search icon mamapedia icon

Subtotal

View Bag

Sesak Napas Saat Hamil, Apa Risikonya Bagi Ibu dan Janin?

Sesak Napas Saat Hamil, Apa Risikonya Bagi Ibu dan Janin?

Saat hamil, tubuh ibu bukan hanya berubah secara fisik, melainkan juga karena perubahan hormon. Beberapa ibu kerap merasakan beberapa keluhan termasuk sesak napas.

Sesak napas pada masa kehamilan dianggap normal karena kondisi ini kemungkinan akan dialami para ibu hamil pada kehamilan trimester pertama atau kedua.

Faktor Pemicu

Sesak napas pada ibu hamil bisa disebabkan berbagai hal, termasuk berat badan. Berat badan yang terus bertambah menjadi faktor salah satu pemicu napas terengah-engah atau sesak napas. Kondisi tersebut akan semakin sering dihadapi oleh ibu hamil jika janin yang dikandungnya adalah kembar.

Selain itu, kondisi tubuh dengan tingkat kebugaran rendah juga menjadi pemicu sesak napas saat hamil. Meski demikian, tidak ada jaminan bagi orang yang sehat untuk tidak mengalaminya. Meski sebenarnya janin yang ada dalam kandungan tidak cukup besar untuk memberikan tekanan pada paru-paru, sesak napas saat hamil normal terjadi dipicu oleh perubahan sistem pernapasan dan produksi hormon.

Sesak napas yang terjadi dipengaruhi oleh hormon progesteron yang meningkat saat hamil. Hormon progesteron lebih banyak diproduksi untuk membantu membangun dan mempertahankan lapisan rahim. Selain itu, progesteron juga meningkatkan jumlah udara yang dihirup dan diembuskan saat bernapas dengan normal.

Pernapasan juga menjadi lebih sulit karena rahim yang membesar mengambil lebih banyak ruang. Hal ini akan menghasilkan tekanan terhadap bagian diafragma. Selama minggu-minggu pertama kehamilan, biasanya Moms akan mengalami penyesuaian diri untuk membagikan oksigen dan darah dengan janin.

Cara Mengatasi Sesak Napas pada Masa Kehamilan

Kemudahan dalam bernapas akan mulai kembali perlahan ketika bayi mulai turun ke bawah panggul saat hampir melahirkan. Sementara itu, cobalah beberapa cara untuk mengatasi sesak napas Seperti, mempertahankan postur yang baik saat duduk atau berdiri, lindungi diri ketika tidur dengan meletakkan beberapa bantal di bawah tubuh bagian atas dalam posisi semi-duduk. Ini mengurangi tekanan yang ditempatkan rahim di paru-paru.

Jangan berlebihan saat berolahraga, lakukan hanya dengan berjalan santai atau melakukan pekerjaan rumah tangga. Luangkan waktu dan tanggapi isyarat jika tubuh melambat atau berhenti sama sekali. Segera hubungi dokter apabila sesak napas mulai tiba-tiba, parah, tampaknya memburuk, atau dikaitkan dengan rasa sakit, batuk, meningitis, atau jantung berdebar. Ini mungkin tanda-tanda bahwa sesuatu selain kehamilan saja yang menyebabkan napas menjadi pendek.

Dampak pada Janin

Jika ibu hamil mengalami sesak napas akibat penyakit yang serius, janin juga akan terkena dampaknya. Gangguan yang dapat terjadi pada janin di antaranya adalah:

Baca juga: Ini yang akan Terjadi jika Ibu Hamil Sesak Napas

Pertumbuhan janin terhambat

Sesak napas pada ibu hamil bisa menyebabkan asupan oksigen dan nutrisi pada janin ikut mengalami hambatan. Lama kelamaan kondisi sesak napas tersebut bisa menyebabkan pertumbuhan janin terhambat. Ukuran tubuh, berat badan, dan ukuran kepala janin cenderung lebih kecil dibandingkan yang seharusnya. Kondisi ini akan menyebabkan masalah pasca persalinan. Bayi menjadi rentan mengalami infeksi, hipotermia (suhu tubuh lebih rendah dari normal), dan hipoglikemia (kadar gula darah lebih rendah dari normal).

Gawat janin (fetal distress)

Kondisi kekurangan oksigen yang berat pada janin akan mengakibatkan kondisi gawat janin. Kondisi ini ditandai dengan denyut jantung janin yang tidak normal, bisa terlalu cepat, bisa juga terlalu lambat. Jika keadaan ini terjadi, untuk menyelamatkan nyawa bayi, persalinan harus dilakukan segera. Sering kali persalinan dengan metode operasi caesarlah yang harus dilakukan. Selain itu, fasilitas neonatal intensive care unit (NICU) juga harus dipersiapkan untuk bayi setelah dilahirkan.

Kematian janin dalam kandungan (intrauterine fetal death/ IUFD)

Jika kondisi gawat janin terlambat untuk ditangani, maka dampak terburuk adalah kematian janin di dalam kandungan. Ini ditandai dengan tidak terasanya lagi pergerakan janin, serta denyut jantung janin yang tak terdengar lagi dari pemeriksaan doppler. Jika kondisi ini terjadi, janin tetap harus dikeluarkan dengan segera dari kandungan ibu. Jika tidak, tubuh ibu akan menganggap janin sebagai benda asing yang harus dilawan sehingga terjadi reaksi imun dan pembekuan darah yang berlebihan pada tubuh ibu.

Bagikan Artikel: