mamapedia search icon mamapedia icon

Subtotal

View Bag

Toxic Relationship: Ciri dan Cara Menghindari Menjadi Pasangan yang Toxic

Toxic Relationship: Ciri dan Cara Menghindari Menjadi Pasangan yang Toxic

Kata-kata toxic relationship beberapa tahun kebelakang seringkali terdengar, ya. Kata tersebut menjadi tren jika seseorang memiliki pasangan yang melakukan hal-hal buruk dan cenderung merugikan hubungan serta pasangannya. Padahal, jika berbicara mengenai hubungan, maka terdapat kata saling, seperti saling melengkapi, saling mengerti, saling membantu hingga saling mendukung.

Rasa ‘saling’ yang dimiliki kedua belah pihak harusnya lebih baik ketika sudah mengarungi bahtera rumah tangga. Hal itu dikarenakan perlahan-lahan kedua belah pihak semakin mengenal karakter dan kepribadian pasangan sehingga dapat saling mengerti. Namun, tidak jarang, terdapat beberapa pasangan yang sudah menikah dan merasa bahwa hubungannya merupakan hubungan yang toxic.

Menurut Carla Marie Manly Phd, yang dikutip dari healtline.com, tanda-tanda toksisitas bisa halus atau sangat jelas, yakni tergantung pada sifat hubungan. Manly lebih jelas menerangkan yakni jika seseorang berada dalam hubungan yang toxic, maka mereka mungkin mengenali beberapa tanda ini pada diri sendiri, pasangan, atau hubungan itu sendiri.

Lebih lanjut, berbeda dari hubungan yang sehat dimana didasarkan pada keinginan bersama untuk melihat satu sama lain berhasil, hubungan toxic lebih melihat satu sama lain menjadi rival dan saling berkompetisi untuk mengalahkan. Selain itu, banyak ciri-ciri bahwa seseorang memiliki pasangan yang toxic atau pernikahan yang toxic, beberapa diantaranya dapat dijelaskan seperti berikut ini. 

Baca Juga: Stress Saat Hamil, Apa yang Harus Dilakukan?

Ciri Pasangan dengan Toxic Relationship

  1. Membunuh Karakter Pasangan Secara Halus

Membunuh karakter seseorang tidak selalu jelas. Seseorang bisa melakukannya tanpa niat yang buruk. Hal ini juga bukan mengenai apakah pasangan bersungguh-sungguh dalam mengatakannya. Namun menurut Psychology Today dalam artikel 5 Signs of Toxic Relationship, hal ini lebih mengenai bagaimana pasangan memaknai dan menginternalisasikan perkataan tersebut ke dalam dirinya. Dimana, setiap dialog atau perilaku, disengaja atau tidak, yang merampas nilai seseorang adalah pembunuhan karakter.

  1. Mengontrol Pasangan dengan Berlebihan

Mengecek, menuduh pasangan berbicara dengan orang yang "tidak seharusnya" dilakukan, dengan sengaja membuat teman atau keluarga merasa tidak nyaman saat berkunjung, menghukum pasangan dengan membuatnya merasa buruk tentang sesuatu, menuntut laporan tentang aktivitas hingga percakapan dengan orang lain, tidak mengizinkan aktivitas yang mengecualikan pasangan, memberi tahu pasangan apa yang boleh dan tidak boleh dipakai, atau apa yang bisa dan tidak bisa dimakan. Semua ini jelas merupakan contoh pengendalian perilaku.

Tetapi kontrol juga dapat datang dalam bentuk dorongan halus yang tersirat dan dapat membuat orang melakukan sesuatu karena rasa bersalah atau hal-hal lain hingga seseorang mungkin tidak sadar bahwa telah melakukannya. Pasangan toxic bisa membuat pasangannya berubah dengan memanfaatkan siapa mereka dan apa yang telah mereka alami. Mengontrol pasangan secara berlebih juga disebabkan karena perilaku pasangan yang merasa cemburu atau perilaku cemburu pasif-agresif.

  1. Tidak Merasa jadi Bagian dari Hubungan 

Menjadi bagian dari hubungan berarti membiarkan diri dan pasangan untuk tumbuh bersama dalam hubungan. Namun, jika pasangan tidak merasa menjadi bagian dari hubungan itu, maka seseorang tidak belajar, tidak berkembang dan selalu memiliki pola yang sama dan berulang, termasuk pola perilaku yang salah dalam suatu hubungan. Perlu diketahui, mencintai seseorang bukan hanya tentang kenyamanan dan perasaan baik, namun juga kepemilikan atau mengambil bagian dari hubungan tersebut.

  1. Perasaan Negatif yang Terlalu Lama

Perasaan negatif yang dipendam terhadap pasangan membuat hubungan larut dalam keadaan yang tidak baik. Pasangan toxic biasanya menaruh perasaan negatif atau ketidakbahagiaan pada pasangannya. Hal itu untuk dilakukan agar perasaan negatif atau ketidakbahagiaan tidak ditanggung seorang diri. Padahal hal tersebut dapat memengaruhi kualitas pasangan dan membuat hubungan menjadi toxic.

Perilaku-perilaku tersebut sebenarnya bisa dihindari jika masing-masing individu menyadari perilaku dan sikap agar menjadi pasangan yang baik untuk pasangannya. Jika kedua belah pihak menyadari hal tersebut, tidak akan ada pasangan toxic hingga hubungan toxic diantaranya. 

Memiliki pasangan atau hubungan pernikahan yang toxic akan amat sangat merugikan kedua belah pihak dan juga anak. Namun, bagi pasangan yang sudah menikah, meninggalkan hubungan yang toxic adalah hal yang sulit. Dikutip dari laman Very Well Mind, hal itu dikarenakan adanya ketakutan, kekhawatiran terhadap anak, keuangan hingga pada kodependensi. Untuk itu, tujuan menjadi pribadi yang baik merupakan hal yang perlu dilakukan oleh kedua pihak sedari dini untuk mencegah hal-hal buruk yang disebabkan oleh ke-toxic-an itu sendiri.

Baca Juga: Mudah Marah Saat Hamil? Kendalikan dengan 6 Cara Ini, Moms!

Cara Menghindari Menjadi Pasangan yang Toxic

  1. Membahagiakan Diri Sendiri Terlebih Dahulu

Bukan perihal egois, namun membahagiakan diri sendiri adalah hal yang mutlak untuk dilakukan. Pastikan diri sendiri sudah bahagia sebelum membahagiakan orang lain. Jika sudah merasa bahagia akan diri sendiri, maka secara otomatis dapat mengenali diri lebih baik, termasuk kekurangannya. Hal itu dapat menghindarkan dari perilaku menyalahkan pasangan akan kekurangan atau kesalahan yang dilakukan.

  1. Pahami Bahwa Pasangan Memiliki Bagian Kehidupan Lain

Seseorang tidak selalu 24 jam bersama pasangannya. Dalam sehari, tentu seseorang memiliki waktu untuk bekerja, melakukan hobi yang menyenangkan hingga berkumpul bersama temannya. Pahami bahwa seseorang memerlukan sosialisasi dan interaksi dengan orang disekitarnya untuk mengembangkan dirinya sendiri. 

  1. Berusaha Mencapai Tujuan dan Mendukung Tujuan Pasangan Sepenuhnya

Bukan berarti jika sudah menikah dan memilki pasangan, cita-cita harus dikorbankan atau ditinggalkan. Bagi sebagian orang, memiliki cita-cita adalah cara menghidupkan kehidupan. Jika pasangan memiliki cita-cita atau tujuan yang baik, maka dukunglah sepenuhnya agar pasangan dapat meraihnya. Begitupun diri sendiri, usahakan untuk mencapai cita-cita yang diinginkan. Jadikan tujuan-tujuan yang tercapai menjadi warna yang indah dalam hubungan.

  1. Menjadi Pribadi yang Terbuka

Dalam hal ini, berarti menerima masukan apapun yang disampaikan dengan berpikir dengan berbagai perspektif. Menjadi pribadi yang terbuka berarti menerapkan komunikasi dua arah pula tanpa menghakimi satu sama lain. Begitu pun ketika berdiskusi, maka saran dari pihak manapun akan diterima selama dapat menjadi jalan bagi keduanya.

Selain hal-hal diatas, untuk menghindari menjadi pasangan yang toxic maka perlu mencintai diri sendiri dengan baik. Mencintai diri sendiri yakni menyadari kekurangan dan kelebihan diri sendiri. Untuk kekurangan akan sifat, tentu perlu dibangun agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Namun, jika kekurangan fisik seperti strech mark atau bekas luka, tentu itu bisa diatasi.

Mooimom Belly Cream menjadi pilihan yang tepat agar ucapan selamat tinggal pada strech mark dapat direalisasikan dan menyapa kedatangan kulit yang elastis, bersih tanpa noda dengan harga yang terjangkau. Mooimom Belly Cream memiliki formula yang jernih, tidak lengket, dan tanpa alkohol sehingga tak akan menyebabkan iritasi. 

Yuk, ucapkan selamat tinggal pada noda kulit dan strech mark, lalu sambut kulit yang bersih tanpa noda!

Bagikan Artikel: