05 Nov 2021
Salsa
Keluarga
Keluarga
Sejak usia sangat muda, pembelajaran bahasa dapat memiliki manfaat yang signifikan. Bahkan balita dapat mulai belajar bahasa asing dan menuai manfaat dari melakukannya. Dalam makalahnya yang dalam penelitian “Early Language Acquisition: Cracking the Speech Code” dari Patricia Kuhl, Co-Direktur Institute for Learning & Brain Sciences di University of Washington, menunjukkan bahwa ada usia kritis untuk pembelajaran bahasa.
Anak-anak memiliki kemampuan untuk menjadi penjelajah dunia di otak mereka atau dengan mudah memperoleh kemahiran dalam bahasa termasuk bahasa asing hingga usia tujuh tahun. Namun, periode kritis pertama dalam perkembangan bahasa adalah antara 6 dan 12 bulan.
Pada periode ini, bayi menyerap suara di sekitarnya dan belajar membedakan antara fonem yang berbeda atau unit pendengaran bahasa (misalnya, suara “s”, suara “sh”, dan sebagainya). Dengan mengekspos anak ke bahasa lain di tahap awal kehidupan ini, orang tua dapat mengajari otak anak untuk dapat mengidentifikasi perbedaan antara suara bahasa yang sulit dipahami atau diartikulasikan oleh penutur asing.
Mengekspos anak ke bahasa asing sejak usia dini memiliki banyak manfaat. Di antaranya adalah penanaman keterampilan pemecahan masalah dan berpikir kritis.
1. Ajarkan melalui pengulangan
Anak-anak belajar melalui pengulangan dan keterlibatan aktif dengan bahasa lain. Orang tua dapat menerapkan teknik ini di rumah dengan melakukan aktivitas dalam bahasa pertama dan kemudian melakukan aktivitas yang sama dalam bahasa kedua beberapa hari kemudian.
Misalnya, jika orang tua membuat kereta dari kertas karton dengan anak, pertama kali orang tua akan menekankan kosakata untuk kereta api, roda, rel, dan berbagai warna dalam bahasa pertama. Nanti, orang tua bisa melakukan aktivitas yang sama dan mengungkapkan kata-kata yang sama dalam bahasa pertama ataupun kedua.
2. Gunakan gerakan besar dan demonstrasi fisik
Mengajarkan bahasa dapat memasangkan komunikasi nonverbal dengan kata-kata kosa kata membantu anak-anak memahami bahasa. Ketika anak dapat mengasosiasikan gerak tubuh orang tua yang berlebihan dan ekspresif, ekspresi wajah, dan demonstrasi fisik dengan kosa kata, dia lebih mungkin untuk memahami dan mengingat istilah-istilah itu.
3. Ciptakan lingkungan belajar yang positif
Orang tua bisa membantu anak-anak yang berjuang untuk berkomunikasi dengan memberikan prompt, misalnya “tanya kakak, bisakah saya meminjam gunting?” dan menggunakan pertanyaan terbuka, seperti yang dimulai dengan kata-kata mengapa atau bagaimana, untuk memperoleh tanggapan yang kompleks.
4. Mengajar melalui aktivitas yang menarik
Tantangan mengajarkan bahasa adalah memberikan pengalaman yang keduanya menuntut kognitif dan kaya konten. Aktivitas ringan, seperti membolak-balik kartu flash, digunakan untuk mengajar bahasa. Penting untuk merancang kegiatan yang menarik secara kognitif sehingga anak akan mengetahui bahasa dan tidak hanya terpapar melalui pengulangan yang mudah. Misalnya, jika orang tua ingin mempelajari kosakata cuaca dengan anak, orang tua harus memasukkannya ke dalam eksperimen sains di mana orang tua membuat pelangi.
5. Lakukan permainan demi permainan
Bicarakan rutinitas dan aktivitas sehari-hari, seperti yang akan anak dan orang tua lakukan. Misalnya, saat orang tua membuat makan malam, berikan komentar tentang semua tindakan, seperti, "Saya sedang berjalan ke lemari es," dan "Saya sedang mengiris bawang." Anak akan mengambil isyarat bahasa ini dari mengasosiasikan aktivitas itu dengan kosa kata.
Setelah orang tua memasukkan pembelajaran bahasa ke dalam rutinitas diri dan anak, kemungkinan besar orang tua akan melihat perkembangan linguistik dan kognitif yang baru pada anak. Selamat mencoba!
Bagikan Artikel
Shop at MOOIMOM