mamapedia search icon mamapedia icon

Subtotal

View Bag

Moms Wajib Tahu! Ini 3 Alasan Bayi Rewel saat Tantrum

Moms Wajib Tahu! Ini 3 Alasan Bayi Rewel saat Tantrum

Ternyata, tidak selamanya bayi akan terlihat menggemaskan. Pada suatu waktu, senyuman di mulut bayi akan berubah menjadi teriakan tanpa sebab.

Roller coaster emosi bayi tersebut sering disebut amukan atau tantrum. Dan jika itu terjadi, bisa menjadi hal yang sangat melelahkan bukan hanya untuk bayi, tapi juga untuk Moms dan Dads.

Orang tua dari bayi yang baru lahir menghabiskan tahun pertama kehidupan bayi untuk mengetahui suasana hatinya. Dikutip dari Johns Hopkins Medicine, tetapi tepat saat berusia satu tahun, Si Kecil mulai menjadi lebih rentan terhadap kemarahan, yang bahkan bisa membuat orang tua yang paling perhatian pun kewalahan.

Alasan Bayi Rewel saat Tantrum

Kemampuan tenang saat bayi tantrum adalah kuncinya. Mungkin perlu waktu bagi anak kecil untuk belajar bagaimana mengekspresikan diri, dan ketidakmampuan komunikasi antara apa yang bayi inginkan dan apa yang bayi coba katakan biasanya adalah titik di mana tantrum dimulai, seperti dikutip dari Jurnal American Academy of Nurse Practitioners.

Sebenarnya, apa alasan bayi rewel saat tantrum? Yuk simak ulasannya di bawah ini.

1. Amigdala dan Emosi Berkobar

Ahli ilmu saraf Dan Siegel dan pakar pengasuhan Tina Bryson menggambarkan aspek otak ‘bawah’ dan ‘lantai atas’. Otak primitif manusia yaitu sistem limbik dan amigdala, begitu reaktif dan emosional, didorong oleh impulsif, cepat emosi oleh dorongan primitif.

Sistem naluriah, impulsif, dan kekanak-kanakan ini hidup di otak ‘bawah’.

Sementara itu, korteks luar otak yang memungkinkan kita untuk menghambat impuls, memperlambat mendapatkan perspektif, memproses rangsangan emosional, dan mengartikulasikan rangsangan menjadi pemikiran dan tindakan, hidup di ‘lantai atas’.

Area lantai atas ini membantu kita merencanakan, berpikir sebelum bertindak, mengambil perspektif, membuat keputusan, dan membentuk hubungan.

“‘Pikiran bijak’ akan memadukan emosi dan pikiran rasional kita. Empat aspek otak yakni otak kiri, kanan, atas, bawah perlu koneksi yang kuat untuk bekerja sama untuk membangun otak yang bijak dan sehat,” kata Marsha Linehan, pencipta terapi perilaku dialektik.

Penyebab bayi tantrum adalah saat amigdala dan emosi berkobar, hampir tidak mungkin bagi logika untuk menembus korteks luar bayi yang tertutup.

Membantu Si Kecil tenang dari amarah untuk melibatkan pikiran bijak akan membutuhkan kebijaksanaan, kasih sayang, dan banyak kesabaran di pihak orang tua.

2. Orang Tua Tidak Bisa Menenangkan Diri

Anak-anak kita bukanlah miniatur dewasa. Otak mereka yang sedang tumbuh sebenarnya tidak mampu mengambil perspektif orang dewasa tentang suatu situasi dan menggunakan pengetahuan itu untuk menenangkan diri.

Karena sistem otak dan kosakata yang masih terbatas dan terus berkembang, bayi tidak bisa memberitahukan dengan baik apa yang diinginkan. Jika hal tersebut terjadi dan Moms tidak bisa memberikan apa yang bayi inginkan, ini akan menjadi penyebab bayi tantrum.

Saat anak-anak mengalami sistem limbik yang melebur, yang dibutuhkan adalah koneksi yang menenangkan. Keadaan otak bayi tersebut menuntut Moms untuk menenangkan korteks prefrontal yang terkait dengan perencanaan dan pemikiran dan terletak tepat di belakang dahi.

Saat Moms bisa mengolah emosi diri untuk tenang, Si Kecil akan melakukan hal serupa. Ini juga memberi contoh kepada mirror neuron Si Kecil bagaimana untuk menjadi tenang.

Dengan demikian, cara tercepat untuk menumbuhkan ketenangan pada anak adalah berlatih menenangkan diri sendiri.

Hal tersebut akan menghidupkan respons ‘keramahan’, mematikan perkelahian atau melarikan diri, menipiskan kortisol, dan meningkatkan oksitosin yang disebut hormon cinta.

Artikel terkait: Kenali Penyebab dan Tanda-tanda Tantrum pada Anak

3. Tidak Mencari Tahu Penyebabnya

Selama bayi tantrum, pakar pengasuhan Elizabeth Pantley merekomendasikan agar Moms memperhatikan apa penyebab bayi tantrum. Bisa jadi itu adalah gejala dari sesuatu yang lain, seperti kelelahan atau kelaparan.

Seringkali bayi yang terlalu bersemangat akan tantrum karena merasa kewalahan.

Hal penting lain yang perlu diingat adalah jangan membiarkan bayi atau balita menggunakan tantrum atau perilaku yang tidak sopan untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.

Jika Moms menyerah dan membelikan mainan hanya agar anak berhenti menangis, Moms hanya akan memperkuat perilaku negatif tersebut.

Meski sulit, tetaplah tenang saat Si Kecil tantrum. Pola pikir moms dapat membantu memengaruhi cara Moms bereaksi. Bersabarlah dengan bayi ketika dia berada dalam situasi baru atau bertemu dengan orang-orang baru.

Ajaklah bayi beradaptasi, karena sesungguhnya bayi sedang mempelajari keterampilan baru dan cenderung frustrasi.

Pastikan Moms memiliki sitirahat yang cukup. Banyak orang tua, terutama orang tua baru yang menyalahkan diri sendiri atau berpikir itu salah mereka ketika bayinya mengamuk.

Tetaplah berpikir bahwa hal tersebut adalah tahap normal dari perkembangan setiap bayi, dan itu tidak berlangsung selamanya.

Cek penyebab bayi tantrum dan tetap tenang, sambil menunjukkan kepada Si Kecil bahwa Moms peduli akan kebutuhannya. Stay calm, Moms.

Bagikan Artikel: