mamapedia search icon mamapedia icon

Subtotal

View Bag

Bisakah Bayi Menonton Televisi atau Handphone?

Bisakah Bayi Menonton Televisi atau Handphone?

Bahaya yang Mengancam Bayi jika Menonton Televisi

Kebanyakan Moms menjadikan televisi sebagai hiburan di rumah. Memang terdapat banyak program televisi yang ditujukan untuk anak-anak. Karena televisi menjadi sarana yang baik untuk perkembangan bahasa dan edukasi bagi anak, namun ternyata tidak untuk bayi di bawah 2 tahun.

Menurut American Academy of Paediatrics (AAP) bayi dan balita belum memiliki keahlian untuk mengerti apa yang mereka tonton saat berada di depan televisi, sehingga dapat menyebabkan mereka mengalami masalah tidur dan berdampak negatif pada perkembangan bahasa maupun kesehatan sampai mereka berusia 10 tahun.

Banyak yang telah menelliti mengenai bahaya menonton televisi bagi anak-anak.
Berikut ini beberapa hal yang mengancam bayi jika menonton televisi:

1. Pancaran sinar biru merusak retina mata bayi

Mata bayi memiliki lensa yang relatif jernih dan bening, sangat rentan dengan sinar biru. Sedangkan televisi merupakan salah satu alat elektronik yang memancarkan sinar biru sehingga dapat merusak retina mata bayi.

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa ada hal yang memengaruhi jumlah sinar biru yang diterima mata bayi, yakni lamanya menonton televisi dalam satu hari serta jarak pandang mata dengan televisi.

2. Menonton televisi menurunkan fungsi retina bayi

Lamanya waktu bayi menonton televisi memengaruhi skor retina bayi. Semakin lama waktu menonton TV, semakin rendah skor retina bayi.

Risiko terbesar kerusakan akibat sinar biru yaitu 70-80 persen mencapai retina pada usia 0-2 tahun, salah satunya akibat sinar biru dari televisi. Jadi, bayi tidak dianjurkan menonton televisi.

3. Mengganggu otak bayi

Para ahli menduga bahwa bayi yang berusia lebih muda dari 2 tahun melihat televisi sebagai susunan warna, gambar, dan suara yang membingungkan.

Mereka tidak mengerti banyak konten. Karena rata-rata adegan TV berlangsung lima hingga delapan detik, bayi atau balita Mama tidak memiliki cukup waktu untuk mencerna apa yang terjadi.

4. Meningkatkan risiko perilaku agresif

Kartun dan banyak acara anak-anak dipenuhi dengan gambar-gambar kekerasan. Moms, mari luangkan waktu di akhir pekan untuk menonton beberapa tayangan anak-anak di televisi. Banyak acara anak-anak hampir merupakan versi animasi dari film aksi orang dewasa.

Penelitian menunjukkan bahwa jenis acara seperti ini meningkatkan risiko perilaku agresif dan menurunkan kepekaan anak-anak terhadap kekerasan. Tentunya ini akan memberikan dampak negatif bagi psikologis bayi.

5. Menjadi bingung antara kenyataan atau ilusi

Bayi memiliki pandangan yang sangat harafiah tentang dunia. Mereka belum dapat mengetahui perbedaan antara nyata dan berpura-pura. Bayi menafsirkan apa yang mereka lihat di TV sebagai kehidupan nyata. Penelitian telah menunjukkan bahwa banyak anak kecil percaya bahwa karakter televisi benar-benar hidup di dalam perangkat televisi.

Ini dapat membingungkan pemahaman anak-anak muda tentang dunia dan menghalangi cara mereka belajar apa yang benar atau salah. Juga melukiskan gambaran dunia yang menakutkan, tidak stabil, dan membingungkan bagi bayi mama.

$[banner_single]$

Fakta Penglihatan pada Mata Bayi

Pada umumnya bayi baru lahir sering menutup mata, hal ini karena bagian kornea mata bayi baru lahir memang belum sepenuhnya berkembang. Namun mata bayi akan terbuka setelah beberapa hari kemudian.

Ketika bayi mencoba untuk membuka matanya, cobalah alihkan perhatiannya dengan cara menggerakan jari ataupun mainan untuk dapat melihat apakah bola mata bayi bergerak dalam menanggapi stimulasi Anda.

Berikut beberapa fakta tentang mata bayi yang baru lahir:

1. Penglihatan mata bayi baru lahir

Pada saat lahir, bayi hanya melihat warna hitam dan putih serta variasi bayangan abu-abu oleh karena sel saraf pada retina yang belum berkembang sempurna. Bayi baru lahir belum memiliki kemampuan untuk memfokuskan penglihatan terhadap suatu objek yang dekat, jadi jangan khawatir apabila bayi Anda tidak fokus menatap Anda.

Meski punya keterbatasan tersebut, penelitian menunjukkan bahwa dalam beberapa hari setelah lahir, bayi cenderung mengenali wajah ibunya daripada wajah orang asing. Hal ini dikaitkan dengan perbedaan yang mencolok antara garis rambut dan wajah ibu. Apabila ibu mengubah gaya rambutnya atau menutupi rambutnya dengan aksesoris, maka bayi jadi tidak dapat mengenali ibunya.

2. Perkembangan penglihatan pada bulan pertama

Pada bulan pertama kehidupan, bayi tidak terlalu sensitif terhadap cahaya sehingga Anda tidak perlu khawatir untuk menyalakan lampu saat anak Anda tertidur. Umumnya bayi tidak akan terganggu.

Pada minggu pertama, bayi mulai memiliki kemampuan untuk melihat warna, mulai dari merah, jingga, kuning, dan hijau. Sedangkan untuk melihat warna biru dan ungu, bayi memerlukan waktu lebih lama karena cahaya biru memiliki panjang gelombang yang pendek dan reseptor warna biru pada manusia jumlahnya lebih sedikit.

3. Perkembangan penglihatan pada bulan 2-3

Penglihatan bayi berkembang pada bulan kedua dan ketiga. Penglihatan bayi menjadi lebih tajam dan kedua mata mulai bekerja sama untuk melihat lebih jelas. Bayi Anda seharusnya sudah mampu mengikuti pergerakan suatu objek dan mencoba untuk meraih sesuatu yang dilihatnya. Bayi juga belajar untuk mengalihkan pandangannya dari satu objek ke objek lain tanpa menggerakkan kepalanya.

Selain itu, bayi jadi lebih sensitif terhadap cahaya sehingga Anda jangan lupa untuk meredupkan lampu kamar anak Anda agar ia bisa tidur lebih nyenyak.

Pada usia 1-2 bulan, koordinasi kedua mata bayi belum maksimal, sehingga apabila terkadang Anda melihat mata anak juling. Itu adalah hal yang normal. Namun, kalau hal tersebut terjadi terlalu sering, bahkan konsisten atau perbedaannya cukup besar, maka disarankan untuk segera membawa anak Anda ke dokter.

4. Perkembangan penglihatan pada bulan 4-6

Pada tahap ini, bayi mengalami perkembangan yang pesat pada otak yang mengatur penglihatan, sehingga bayi dapat melihat lebih tajam dan menggerakkan bola mata lebih cepat dan akurat saat mengikuti suatu objek. Ketajaman penglihatan bayi berkembang dari 20/400pada saat lahir menjadi 20/25 pada bulan keenam. Bayi sudah dapat melihat warna selayaknya orang dewasa.

Bayi juga mulai memiliki koordinasi tangan dan mata yang lebih baik pada bulan keempat hingga keenam, sehingga bayi bisa mengambil suatu benda atau mengarahkan botol susu ke arah mulutnya dengan tepat.

Usia 5 bulan, bayi mulai mengenal depth perception, di mana bayi akan mulai dapat mengenali jarak antara suatu objek dengan objek lainnya. Pada usia ini bayi mulai melihat secara tiga dimensi. Perlu diingat, usia 6 bulan merupakan waktu yang tepat untuk memeriksakan mata anak Anda ke dokter untuk melihat apakah ada gangguan pada ketajaman mata pada anak.

5. Perkembangan penglihatan pada bulan 7-12

Anak Anda sekarang sudah bisa merangkak dan mulai belajar untuk mengoordinasikan penglihatan dengan gerakan tubuhnya. Bayi semakin baik dalam menentukan jarak serta lebih akurat dalam mengambil dan melempar suatu objek.

Pada masa ini, Anda harus memberikan perhatian ekstra untuk menjaga anak Anda dari cedera karena ia akan mulai menjelajahi lingkungannya.

Durasi Menonton Televisi pada Bayi

Untuk mengantisipasi semua risiko negatif yang mungkin terjadi dari menonton televisi yang terlalu lama, American Academy of Pediatrics (AAP) lewat artikel yang dimuat dalam jurnal Pediatrics mengeluarkan kebijakan terbaru terkait durasi anak menonton TV yang ideal sesuai umur mereka.

Dr. Vic Strassburger sebagai perwakilan dari AAP menyatakan bahwa durasi nonton tv yang ideal untuk anak usia 2 tahun ke bawah harus kurang dari 1 jam setiap hari, sementara anak-anak usia 2 tahun ke atas maksimal dua jam per hari. Anak usia dua tahun ke bawah harus kurang dari 1 jam menonton televisi.

Strassburger juga menambahkan bahwa anak-anak tidak boleh punya akses internet atau jaringan TV kabel sendiri di kamar mereka. Ini akan membuat orangtua kesulitan untuk memantau jenis tontonan anak dan apa yang anak-anak lihat di media. Kemudahan akses media bagi anak-anak di bawah umur bisa mengundang rasa ingin tahu mereka untuk melihat hal-hal yang berbau pornografi, tutup Strassburger.

Bagikan Artikel: