mamapedia search icon mamapedia icon

Subtotal

View Bag

10 Penyebab Stunting pada Anak, Moms Perlu Tahu

10 Penyebab Stunting pada Anak, Moms Perlu Tahu

Pertumbuhan kerdil atau stunting, kelebihan berat badan atau obesitas serta anemia pada ibu hamil merupakan tiga beban malnutrisi yang terjadi di Indonesia. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh sebagai akibat akumulasi tidak cukupnya gizi selama 1000 hari pertama kehidupan.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), anak dikatakan stunting jika tinggi badan menurut usianya di bawah minus 2 standar deviasi dari median Standar Pertumbuhan Anak WHO. Kekurangan gizi ini terjadi sejak bayi masih dalam kandungan, serta pada masa awal bayi dilahirkan hingga 24 bulan. Kondisi anak stunting baru tampak setelah bayi berusia 2 tahun. Riset Kesehatan Dasar

Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan pada 2018, sebanyak 8,9 juta balita dari populasi 23 juta balita di Indonesia mengalami stunting sebelum pandemi virus korona. Angka stunting di Indonesia berada pada urutan ke-5 dunia. Prevalensi balita stunting di Indonesia pada 2018 yakni 30,8 persen, turun dari angka 37,2 persen pada 2013. Namun, jumlah ini masih jauh dari nilai standar WHO yang seharusnya di bawah 20 persen.

 

Penyebab Stunting

Moms, angka stunting yang cukup tinggi terjadi karena berbagai faktor multidimensi. Termasuk kondisi ibu saat hamil, bayi yang lahir, lingkungan sekitar hingga akses layanan kesehatan. Berikut ini ulasannya.

  1. Gizi Buruk pada Ibu Hamil dan Menyusui

Moms, kekurangan gizi pada bayi dapat terjadi sejak Si Kecil masih berupa janin dalam kandungan. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya nutrisi ibu selama masa kehamilan. Untuk itu, Moms perlu mencari tahu berbagai informasi seputar kehamilan bahkan sebelum hamil.

  1. Ibu Hamil kurang Zat Besi

Data dari Riskesdas Kementerian Kesehatan, banyak ibu hamil yang kurang mengonsumsi zat besi selama kehamilan. Data menyebutkan, 2 dari 3 ibu hamil belum mengonsumsi suplemen zat besi yang memadai, dan 1 dari 3 ibu hamil mengalami anemia. Zat besi dan asam folat mendorong perkembangan janin secara normal. Kekurangan keduanya membawa dampak negatif yang signifikan pada perkembangan otak anak yang belum lahir.

Baca juga: Kebutuhan Asupan Gizi pada Masa Awal Kehamilan

  1. Usia Kehamilan Ibu

Ibu yang hamil pada usia di bawah 20 tahun meningkatkan risiko terjadinya stunting. Begitu juga jarak kehamilan yang terlampau dekat. Moms, jarak kehamilan yang aman adalah 18 bulan.

  1. Ibu Menderita Penyakit Selama Kehamilan

Ibu yang mengalami penyakit selama masa kehamilan, misalnya hipertensi, dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin sampai ia dilahirkan. Ibu yang tidak rutin memeriksakan kehamilan dapat meningkatkan risiko stunting karena tak terpantau di kurva perkembangan per bulan.

  1. Bayi Lahir Prematur dan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Penelitian menyebutkan, bayi prematur memiliki banyak keterbatasan dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan optimal. Beberapa studi menunjukkan, bahwa hampir semua bayi prematur dan berat badan lahir rendah mengalami pertumbuhan terhambat sepulangnya dari rumah sakit. Dampak jangka panjangnya dapat menyebabkan stunting. Lebih lanjut tentang BBLR, dapat dibaca di sini.

  1. Bayi Tidak Mendapat ASI Eksklusif

ASI adalah air susu yang dihasilkan oleh ibu, mengandung nutrisi lengkap yang diperlukan bayi untuk berkembang. Bayi yang lepas ASI Ekslusif lebih dini memiliki risiko meningkatkan stunting pada anak. Sayangnya, menurut data Kemenkes, masih banyak bayi di Indonesia yang tidak mendapat ASI Eksklusif.

  1. MPASI Kurang Gizi

Saat masuk masa MPASI sejak usia 6 bulan, Moms perlu memperhatikan pemberian MPASI yang memenuhi standar makanan sehat dan bergizi. Jika tidak dipenuhi, risiko stunting pada anak akan meningkat. Asupan makanan yang disarankan sebaiknya bervariasi. Menu MPASI harus memiliki kandungan zat gizi yang menyerupai ASI seperti karbohidrat, protein, lemak, juga vitamin dan mineral.

  1. Infeksi Berulang pada Bayi

Infeksi berulang pada anak menyebabkan tubuh mereka memerlukan asupan energi yang lebih untuk melawan penyakit. Bila tak diimbangi dengan asupan nutrisi yang cukup, anak akan mengalami gangguan gizi.

  1. Kesulitan Mengakses Air Bersih

Kebersihan lingkungan di sekitar anak yang kurang baik, seperti sulit mengakses air bersih, atau sanitasi yang buruk, dapat memicu penyakit diare dan infeksi berulang pada anak. Kemenkes dalam datanya menyebutkan, masih banyak rumah dengan ruang BAB terbuka.

  1. Terbatasnya Akses Pelayanan Kesehatan

Masih banyak ibu yang kesulitan mengakses pelayanan kesehatan, baik ketika hamil maupun setelah melahirkan. Hal ini dikarenakan salah satunya lokasi tempat tinggalnya terpencil atau sulit mengakses sarana transportasi. Padahal, tenaga kesehatan dibutuhkan untuk memberi pengetahuan ibu hamil dan gizi anak.

Moms, stunting adalah permasalahan serius yang melibatkan berbagai pihak agar tuntas dari masalah ini. Untuk itu, mari mempersiapkan 1000 hari pertama kehidupan Si Kecil dengan lebih baik lagi. Moms dapat berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui pencegahan stunting, atau mengetahui sumber nutrisi terbaik untuk ibu dan anak.

Bagikan Artikel: