mamapedia search icon mamapedia icon

Subtotal

View Bag

Penyebab Ibu Meninggal Setelah Melahirkan

Penyebab Ibu Meninggal Setelah Melahirkan

Proses melahirkan adalah momen di mana nyawa ibu dan anak dipertaruhkan. 

 

Pada persalinan yang sukses, ibu dan anak bisa bertahan dan menjalani kehidupan seperti biasa. Namun pada persalinan yang gagal, anak, ibu ataupun keduanya bisa saja tidak bertahan. 

 

Di Indonesia sendiri, angka kematian ibu pada tahun 2015 adalah sebesar 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup.

 

Pada kasus persalinan di mana ibu yang meninggal dunia setelah persalinan, ada beberapa penyebab yang melatarinya. Apa saja?

 

1. Perdarahan berat (hemoragik)

Perdarahan umum terjadi saat persalinan. Namun, jika tidak dapat ditangani dengan baik, perdarahan ini bisa semakin parah dan bahkan bisa menyebabkan ibu meninggal setelah melahirkan. 

 

Perdarahan ini bisa terjadi pada kelahiran normal atau pun caesar. Perdarahan setelah melahirkan bisa terjadi karena vagina atau leher rahim robek atau saat rahim tidak berkontraksi setelah melahirkan. 

 

Perdarahan berat juga disebabkan oleh masalah plasenta selama kehamilan, seperti abrupsio plasenta, 

di mana plasenta terpisah dari rahim sebelum waktu kelahiran.

 

2. Infeksi

Infeksi bisa terjadi jika ada bakteri masuk ke tubuh dan tubuh tidak bisa melawan. Beberapa infeksi bisa sampai menyebabkan ibu meninggal setelah melahirkan. Ibu hamil yang terinfeksi kelompok bakteri Streptokokus B dapat mengalami sepsis(infeksi darah).

 

Sepsis dapat menyerang sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan masalah yang parah sampai kematian. Terkadang, sepsis bisa menyebabkan penggumpalan darah pada ibu hamil, sehingga menghalangi aliran darah ke organ penting ibu, seperti otak dan jantung. 

 

Hal ini kemudian dapat menyebabkan kegagalan fungsi organ dan bahkan kematian.

 

3. Preeklampsia

Preklampsia bisa terjadi saat ibu hamil memiliki tekanan darah tinggi selama kehamilan. Biasanya, preeklampsia terjadi setelah usia 20 minggu kehamilan. 

 

Preeklampsia bisa diobati namun juga bisa menjadi parah dan menyebabkan plasenta terpisah, kejang, atau sindrom HELLP. Ibu dengan sindrom HELLP dapat mengalami kerusakan hati yang berjalan dengan cepat. Tanpa perawatan yang baik, preeklampsia juga bisa menyebabkan kematian.

 

4. Emboli paru

Ini adalah gumpalan darah yang menghalangi pembuluh darah di paru-paru. Hal ini biasanya terjadi ketika gumpalan darah yang ada di kaki atau paha pecah dan mengalir ke paru-paru.

 

Emboli paru dapat menyebabkan kadar oksigen dalam darah menjadi rendah, sehingga biasanya gejala yang muncul adalah sesak napas dan nyeri dada yang bisa menyebabkan kematian. 

 

Untuk mencegah emboli paru dan DVT, ada baiknya Anda bangun dan berjalan sesegera mungkin setelah melahirkan. Sehingga, darah bisa mengalir dengan lancar dan gumpalan darah tidak terjadi.

 

5. Kardiomiopati

Selama kehamilan, fungsi jantung ibu hamil mengalami perubahan yang cukup banyak. Hal ini membuat mereka yang memiliki penyakit jantung berisiko tinggi mengalami kematian. Salah satu penyakit pada jantung yang dapat menyebabkan kematian ibu hamil adalah kardiomiopati.

 

Kardiomiopati adalah penyakit otot jantung yang membuat jantung lebih besar, lebih tebal, atau lebih kaku. Penyakit ini bisa membuat jantung lemah, sehingga tidak bisa memompa darah dengan baik. Pada akhirnya, kardiomiopati bisa menyebabkan masalah, seperti  gagal jantung atau penumpukan cairan di paru-paru.

Bagikan Artikel: