mamapedia search icon mamapedia icon

Subtotal

View Bag

Keputihan pada Ibu Hamil, Berbahayakah?

Keputihan pada Ibu Hamil, Berbahayakah?

Semua wanita, terlepas sedang menjalani masa kehamilan atau tidak, pernah mengalami keputihan. Kondisi dimulai di masa pubertas dan berakhir ketika menopause.

Bagi Moms yang sedang hamil, mungkin saat ini juga sedang mengalami keputihan pada ibu hamil. Tetapi jangan khawatir, karena kondisi ini sebenarnya sangat normal terjadi.

Sekitar 25-40 persen wanita akan mengalami keputihan pada ibu hamil sejak pembuahan hingga persalinan. Ini tidak selalu berarti ada masalah, tapi bisa jadi itu pertanda keguguran atau komplikasi lainnya.

Menurut National Health Service, keputihan pada ibu hamil yang sehat biasanya tipis, jernih atau berwarna putih susu, dan seharusnya tidak memiliki bau aneh.

Ketahui lebih lanjut dan rinci tentang keputihan pada ibu hamil berikut ini.

Keputihan pada Ibu Hamil

Mengutip American Pregnancy Association, disebutkan bahwa keputihan pada ibu hamil adalah normal terjadi.

Keputihan pada ibu hamil umumnya kuantitasnya tidak banyak, keputihannya tidak gatal, tidak bau, dan tidak berwarna.

Jika keputihan berwarna hijau atau kekuningan, berbau kuat, atau disertai kemerahan atau gatal, ini mungkin merupakan infeksi vagina.

Salah satu infeksi vagina paling umum saat kehamilan adalah kandidiasis, dikenal sebagai infeksi jamur.

Dalam jurnal Obstetrics and Gynecology International, disebutkan keputihan pada ibu hamil adalah hal yang normal terjadi pada wanita di usia subur.

Keputihan pada ibu hamil yang abnormal serta memiliki bau tidak menyenangkan, biasanya disertai dengan gatal vulva atau vagina, ketidaknyamanan, dan/atau rasa sakit pada vagina ketika berhubungan seksual.

Pada trimester pertama atau hamil muda, biasanya terjadi keputihan karena adanya peningkatan kadar hormon estrogen dan peningkatan aliran darah ke vagina. Tampilannya biasanya seperti cairan putih telur.

Pada hamil tua atau trimester ketiga lendir putih bening yang lebih banyak biasanya karena mulut rahim sudah mulai menipis dan dinding vagina semakin lunak dan melebar.

Keputihan di bulan 7-9 ini wajar dan ibu hamil dapat menyiasatinya dengan menggunakan panty liner.

Sedangkan, keputihan yang tidak normal adalah apabila warnanya berubah, berbau, gatal, dan biasanya banyak disebabkan oleh jamur candida, bacterial vaginosis, dan parasit trikomoniasis.

Ibu hamil perlu berhati-hati apabila keputihan disebabkan oleh penyakit kelamin seperti klamidia dan gonore.

Apabila hal itu terjadi, sebaiknya ibu hamil harus segera berobat ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan.

Penyebab Keputihan pada Ibu Hamil

Ditemukan bahwa wanita lebih muda, memiliki riwayat aborsi di masa lalu, serta mengalami keputihan di kehamilan sebelumnya, pernah mengalami depresi, anemia, dan infeksi saluran kemih selama kehamilan, lebih cenderung memiliki keputihan pada ibu hamil.

Selain itu, peningkatan kadar estrogen tubuh selama kehamilan juga meningkatkan aliran darah ke daerah panggul dan merangsang selaput lendir, membentuk keputihan saat hamil.

Keputihan pada ibu hamil merupakan sistem pembersihan diri pada vagina, membantu mencegah infeksi dengan membuang bakteri, menjaga vagina pada tingkat pH normal dan menyingkirkan sel-sel mati.

Meskipun normal terjadi, tetapi keputihan pada ibu hamil juga bisa menandakan kondisi kesehatan tertentu, dengan melihat warna dan ciri-ciri keputihan yang tidak normal.

Menurut National Health Service, periksa jika keputihan yang dialami adalah normal. Keputihan pada ibu hamil biasanya tidak perlu dikhawatirkan jika memiliki ciri-ciri berikut:

  • Tidak memiliki bau yang kuat atau tidak menyenangkan
  • Warna jernih atau putih
  • Tebal dan lengket
  • Licin dan basah

Banyaknya jumlah keputihan pada ibu hamiljuga bervariasi. Biasanya, keputihan akan lebih banyak selama kehamilan, jika aktif secara seksual, atau bila menggunakan alat kontrasepsi.

Jika cairannya berubah dari segi aroma, warna atau tekstur, bisa jadi merupakan tanda dari infeksi pada vagina. Seperti ciri-ciri berikut ini:

  • Bau amis, menandakan vaginosis bakteri
  • Tekstur yang tebal dan putih seperti keju cottage menandakan thrush
  • Warna hijau, kuning atau berbusa, menandakan trikomoniasis
  • Bila keputihan dibarengi dengan nyeri atau pendarahan panggul, menandakan klamidia atau gonore
  • Bila terjadi lepuh atau luka, menandakan herpes genital

Jenis Keputihan pada Ibu Hamil

Untuk lebih jelasnya, Moms bisa mengamati ciri-ciri keputihan yang dimiliki ketika hamil. Berikut ini penjelasan jenis-jenis keputihan pada ibu hamil.

1. Warna Putih atau Putih Gading

Keputihan pada ibu hamil berwarna putih atau putih gading, bertekstur tipis, sebagian besar tidak berbau selama kehamilan. Ini disebut leukorea. Leukorea terjadi karena beberapa alasan, seperti:

  • Tingginya kadar estrogen yang dialami wanita saat hamil
  • Serviks menciptakan lebih banyak lendir untuk melindungi kehamilan
  • Peningkatan aliran darah ke dinding vagina

Hampir setiap wanita hamil akan mengalami ini. Ini bisa mengganggu, tapi tidak berbahaya atau buruk.

2. Menggumpal, Warna Putih atau Putih Gading

Leukorea tidak tebal dan menggumpal. Jika keputihan pada ibu hamil memiliki ciri-ciri ini, bisa jadi mungkin disebabkan karena adanya pertumbuhan ragi.

Sekitar 1 dari 4 wanita akan mengalami pertumbuhan berlebih ragi vagina selama kehamilan. Namun, tidak selalu berarti memiliki infeksi jamur, atau perlu perawatan medis.

3. Warna Kuning atau Hijau

Hubungi dokter jika Moms mengalami keputihan hamil yang berwarna kuning atau hijau lebih gelap, dengan bau kuat dan tidak menyenangkan, dan disertai rasa terbakar atau gatal.

Ini adalah tanda-tanda dari dua infeksi vagina yang umum: vaginosis bakteri (pertumbuhan berlebih dari bakteri umum yang menyebabkan peradangan vagina) atau trikomoniasis (infeksi menular seksual yang disebabkan oleh parasit trichomonas vaginalis).

4. Warna Kecokelatan atau Merah

Jika keputihan pada ibu hamil berwarna merah, atau keputihan yang kecokelatan, sebaiknya langsung konsultasikan ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Secara umum, keputihan berdarah tidak dianggap 'normal' selama kehamilan. Kondisi seperti ini harus selalu dilaporkan ke dokter.

Ada banyak kemungkinan penyebab keputihan merah atau kecokelatan yang tidak ada hubungannya dengan komplikasi kehamilan.

5. Tekstur Berair dan Jelas atau Warna Kuning Muda

Keputihan pada ibu hamil jika cairan keputihan berwarna kuning berair atau jernih atau terus menerus muncul selama kehamilan, itu bisa berupa urin atau cairan ketuban.

Saat hamil, umum bagi wanita mengalami inkontinensia (kehilangan urin yang tidak disengaja), terutama ketika rahim yang sedang tumbuh dan menekan kandung kemih.

Namun, mungkin sulit untuk mengetahui perbedaan antara air seni dan cairan ketuban pada pakaian dalam. Jika merasa ragu, Moms bisa menghubungi dokter.

Kapan Harus Menghubungi Dokter?

Keputihan berwarna merah muda atau kecokelatan mungkin bisa terjadi akibat pendarahan ringan dari leher rahim yang terbentur saat berhubungan seks. Jika ragu, Moms bisa berkonsultasi ke dokter.

National Health Service menyebutkan beberapa ciri-ciri keputihan pada ibu hamil yang menandakan risiko kesehatan tertentu dan perlu mengunjungi dokter.

  • Cairan keputihan berubah warna, bau atau tekstur
  • Menghasilkan lebih banyak dari biasanya
  • Merasa gatal atau sakit
  • Merasa sakit saat buang air kecil
  • Adanya rasa sakit di daerah antara perut dan paha (nyeri panggul)

Mengatasi Keputihan pada Ibu Hamil

Peningkatan volume keputihan pada ibu hamil yang berbau ringan adalah kondisi normal, tetapi warna dan bau yang tidak biasa sering menunjukkan adanya infeksi.

Untuk pengobatan keputihan pada ibu hamil, dokter dapat meresepkan antibiotik atau obat lain untuk mengobati infeksi.

Moms, biasakan untuk mencuci tangan dengan benar sebelum atau sesudah menyentuh area organ intim. Ini penting dilakukan untuk mencegah masuknya kuman dan penyebab keputihan pada ibu hamil.

Sementara, Moms dapat menjaga kesehatan vagina selama kehamilan dengan melakukan langkah-langkah berikut ini:

  • Menghindari penggunaan tampon.
  • Menghindari douching.
  • Memilih produk perawatan dan kesehatan tanpa aroma.
  • Mengenakan panty liner untuk menyerap kotoran berlebih.
  • Menyeka daerah genital dari depan ke belakang setelah buang air kecil atau buang air besar.
  • Mengeringkan alat kelamin secara menyeluruh setelah mandi atau berenang.
  • Konsumsi suplemen probiotik yang aman selama kehamilan, agar dapat mencegah ketidakseimbangan bakteri di vagina.

Pakaian dalam dari bahan katun yang longgar dapat menjadi pilihan mengatasi keputihan pada ibu hamil. Selain itu, disarankan untuk mengganti pakaian dalam lebih sering dari biasanya, terutama jika keputihan sedang banyak selama kehamilan.

Cara ini dilakukan agar area organ intim terjaga dan tetap kering, serta bersih.

Selain itu Moms perlu memerhatikan makanan selama kehamilan. Makanan tertentu, seperti tempe, bawang-bawangan, pisang, dan yoghurt, bisa membantu menjaga pH organ intim agar tetap stabil.

Dengan pH vagina yang ideal, bakteri baik atau flora normal di vagina akan menyeimbangkan kesehatan organ intim.

Selain itu, hindari pula menggunakan sabun pembersih kewanitaan yang mengandung parfum.

Sebab, itu dapat mengacaukan pH dan keseimbangan bakteri baik pada vagina. Apabila keseimbangan bakteri baik tidak terjaga dengan baik, risiko untuk terkena infeksi vagina akan semakin besar.

Makanan yang tinggi gula, seperti makanan manis, cepat saji atau makanan kaleng perlu dihindari. Perlu diketahui, bahwa gula menjadi sumber makanan bagi bakteri di daerah kewanitaan, lho.

Berendam di air panas atau kolam yang mengandung klorin dalam waktu yang lama tidak disarankan untuk ibu hamil. Aktivitas ini bisa membuat vagina cenderung kering sehingga akan mudah terjadi infeksi.

Keputihan pada ibu hamil bisa terjadi pada setiap wanita, kecuali bila keluhannya sudah mulai mengganggu.

Itulah penyebab dan cara mengatasi keputihan pada ibu hamil. Konsultasikanlah kepada dokter untuk mencegah terjadinya komplikasi ya, Moms.

Bagikan Artikel: