mamapedia search icon mamapedia icon

Subtotal

View Bag

Hiperemesis Gravidarum Ditandai Muntah yang Lebih Parah Ketimbang Morning Sickness

Hiperemesis Gravidarum Ditandai Muntah yang Lebih Parah Ketimbang Morning Sickness

Morning sickness pada ibu hamil kerap menjadi gangguan yang membuat ibu hamil kurang produktif, bahkan ada yang hingga harus dirawat di rumah sakit. Siapa sangka, ada penyakit yang lebih mengkhawatirkan daripada morning sickness pada ibu hamil. Nama medisnya hiperemesis gravidarum.

Apa itu Hiperemesis Gravidarum dan Tandanya

Morning sickness biasanya ditandai muntah 1-2 kali setiap pagi pada ibu hamil. Maka pada diagnosis hiperemesis gravidarum terparah, frekuensi muntahnya bisa mencapai hingga 50 kali sehari. Jika kondisinya sudah demikian, pakar kebidanan dan kandungan menyebutkan ibu hamil membutuhkan perawatan khusus. Jika tidak, efeknya bisa jadi membahayakan bagi ibu hamil dan juga janin. Beberapa dampaknya yakni dehidrasi, masalah metabolisme dan penurunan berat badan yang drastis. Di sisi lain, meski tak secara langsung memengaruhi janin, efek dehidrasi dari hiperemesis gravidarum dapat memengaruhi tumbuh kembang janin. Jumlah kasus hiperemesis gravidarum ini jarang terjadi. Kasus ini terjadi rata-rata pada 1 dari 100 ibu hamil.

Tanda-tanda awal dari hiperemesis gravidarum biasanya mulai muncul pada usia kehamilan 4-8 minggu alias di trimester pertama. Salah satu tanda khasnya adalah terus muntah sepanjang hari, disertai dengan mual yang tak kunjung henti dan menurunnya frekuensi buang air kecil. Selain itu, seringkali ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum juga mengeluhkan sakit kepala, tidak fokus dan sering pingsan. Saat tekanan darah diukur, biasanya hasilnya juga akan terlihat rendah. Kondisi ini umumnya akan terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama, bahkan sampai berminggu-minggu. Jika tanda-tanda ini terjadi, segeralah ke dokter.

Diagnosis Hiperemesis Gravidarum

Dalam mendiagnosis hiperemesis gravidarum, dokter akan menanyakan gejala dan memeriksa riwayat kesehatan ibu hamil dan keluarga. Pemeriksaan fisik juga dilakukan untuk melihat dampak dari hiperemesis gravidarum, seperti tekanan darah rendah dan denyut jantung cepat. Dari pemeriksaan fisik tersebut, dokter dapat menentukan apakah muntah yang dialami ibu hamil masih normal atau sudah berlebihan (hiperemesis gravidarum). Untuk melihat lebih detail akibat dari hiperemesis gravidarum, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan.

Pemeriksaan lanjutan tersebut dapat dilakukan dengan tes darah dan urine. Tes ini dilakukan untuk memeriksa tanda-tanda dehidrasi dan gangguan elektrolit yang dapat muncul akibat terjadi hiperemesis gravidarum. USG kehamilan juga dilakukan untuk memantau kondisi janin dan mendeteksi kelainan dalam kandungan. Selain itu, untuk memastikan gejala mual dan muntah yang dialami ibu hamil bukan disebabkan oleh suatu penyakit, misalnya penyakit liver, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan, misalnya uji fungsi hati.

Penyebab Hiperemesis Gravidarum

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, namun kondisi ini sering kali dikaitkan dengan tingginya kadar hormon human chorionic gonadotropin (HCG) dalam darah. Hormon ini dihasilkan oleh ari-ari (plasenta) sejak trimester pertama kehamilan dan kadarnya terus meningkat sepanjang masa kehamilan.

Ada beberapa kondisi yang membuat ibu hamil lebih berisiko mengalami hiperemesis gravidarum, yaitu:

· Baru pertama kali mengandung

· Mengandung anak kembar

· Memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami hiperemesis gravidarum

· Mengalami hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya

· Mengalami obesitas

· Mengalami hamil anggur

Pengobatan Ibu Hamil dengan Hiperemesis Gravidarum

Salah satu cara awal untuk mengatasi hiperemesis gravidarum adalah cukup makan makanan kecil dan minum lebih banyak air putih. Hindari membiarkan perut kosong dalam jangka waktu lama karena bisa memperparah rasa mual yang dirasakan.

Siapkan terus makanan dalam porsi kecil atau camilan untuk dikonsumsi secara teratur setiap waktu. Misalnya bisa berupa biskuit, roti gandum, kacang, atau buah-buahan. Apabila kondisinya sudah semakin parah, mungkin ibu hamil perlu mendapatkan perawatan di rumah sakit. Jika perlu, cairan intravena (IV) mungkin akan dibutuhkan untuk mengembalikan kondisi tubuh.

Setiap tahapan pengobatan yang diberikan akan bergantung pada seberapa parah hiperemesis gravidarum yang Mama sedang alami. Cairan intravena akan dapat membantu mengembalikan status hidrasi, elektrolit, vitamin dan nutrisi. Minum susu juga bisa jadi alternatif jika Mama benar-benar sudah tidak bisa makan makanan padat. Hindari mengonsumsi obat mual tanpa resep dokter, ya. Kebiasaan seperti ini berisiko bisa mengganggu janin

Bagikan Artikel: